Bab 7 Berbaik Hati Malah Dianggap Berniat Buruk
by Shin Kyung-sook
07:44,Jun 28,2024
Changmin tidak suka orang lain menyentuh barang-barang pribadinya, terutama pakaian dalam.
Dia tidak pernah membiarkan pelayan di rumah mencuci celana dalamnya, dia selalu memasukkannya ke dalam mesin cuci steril yang terpisah dan mengeringkannya secara otomatis setelah dicuci.
Bahkan setelah kering pun dia tidak akan meminta pelayan di rumah untuk memasukkannya ke dalam lemari pakaian.
Hyerim berbalik dan berkata, "Aku lihat kamu nggak mencucinya, jadi aku pun mencucinya untukmu."
Dia sengaja menambahkan, "Jangan khawatir, aku menggunakan baskom baru yang belum pernah dipakai dan mencucinya dengan tangan, terpisah dari kaus kaki."
Meskipun demikian, Changmin masih sedikit tidak senang.
Dia mengambil kemabli celana dalamnya dengan wajah yang suram dan berkata, "Aku nggak butuh kamu mencucinya untukku. Jangan menyentuhnya lagi."
“Berbaik hati malah dianggap berniat buruk,” gumam Hyerim dengan suara rendah.
Akan tetapi, dia juga tidak merasa kesal.
Hanya saja, dia tidak akan menyentuh barang-barangnya lain kali.
"Aku mengukus ubi dan keledek di dalam panci, ada telur rebus juga. Susu juga ada dalam kulkas. Kamu bisa memakannya sendiri. Aku akan pergi ke kantor dulu."
Meskipun agak tidak menyenangkan, tidak ada yang lebih penting daripada bekerja dan menghasilkan uang.
Hyerim pun berangkat ke perusahaan dengan semangat tinggi.
Sekitar jam sepuluh, saat dia hendak keluar untuk melakukan sesuatu, Mikyung meneleponnya dan mengatakan bhawa dia ingin bertemu dengannya, lokasinya di Starbucks.
Mikyung tidak menjawab pesan atau panggilannya selama dua hari dan tiba-tiba mengajaknya untuk bertemu di luar?
Hyerim merasa aneh, “Mikyung, ada apa denganmu?”
"Hyerim, kita bertemu baru ngobrol saja. Aku akan menunggumu di Starbucks yang di Hongdae Shopping Mall."
Ketika Hyerim bergegas sampai di sana, dia hanya melihat Mikyung sendirian.
“Kenapa kamu nggak membawa bungsumu?” Hyerim duduk.
“Aku meminta Ibuku untuk menjaganya sebentar.” Mikyung menyodorkan kopi di depannya, “Aku memesan latte favoritmu.”
Hyerim tampak kaget, "Kamu merias wajah hari ini?"
Dia sudah bertahun-tahun tidak melihat Mikyung merias wajah.
Ada apa ini!
Mikyung tersenyum pahit, “Apakah dengan riasan pun nggak bisa menyembunyikan warna kulitku yang memucat?”
“Nggak kok, kamu memiliki dasar kulit yang bagus,” Hyerim menatapi Mikyung.
Dia tidak enak hati memberi tahu Mikyung bahwa riasannya kurang bagus.
Atau mungkin karena kelelahan selama bertahun-tahun, sehingga mengakibatkan kulit Mikyung tidak begitu lembut lagi, bahkan dengan riasan pun dia terlihat agak tua.
Bagaimanapun, dia sudah menjadi ibu dari dua anak.
Akan tetapi, dasar kulit Mikyung memang sangat bagus, "Kosmetik merek apa yang kamu beli? Sepertinya bedaknya agak luntur."
Bagaimana mungkin Mikyung mengetahui merek kosmetik?
Dalam dua tahun terakhir, setelah melahirkan anak pertama dan kemudian anak kedua, dunianya hanya berputar untuk suami dan anak-anaknya setiap hari.
Dia harus mengantar anak pertama ke sekolah di siang hari dan menemaninya menghadiri berbagai macam les sepulang sekolah di sore hari. Dia harus menyusui bungsunya lagi beberapa kali di malam hari. Jangankan merias wajah, bahkan tidur pun merupakan sebuah kemewahan.
Dia memikirkan karier suaminya yang makmur, putra pertama yang penuh bakat dan bungsu yang lucu.
Dia pun rela tidak peduli seberapa sulitnya dia.
Baru kemarin lusa ... ketika dia mendengar Taehoo mengucapkan kata-kata seperti itu pada Hyerim, dia baru menyadari betapa tidak dihargai dirinya.
Tidak merias wajah sepanjang hari, tidak mengurus rambut, tidak memiliki motivasi diri sehingga semakin menjauh dari dunia luar. Ibu rumah tangga yang tidak tahu mengurus diri, sehingga suaminya pun tidak tertarik padanya sama sekali dan hanya ada sahabatnya dalam pikiran suaminya ...
Setiap kalimat, setiap kata, seperti batu yang runtuh menghantam Mikyung seperti petir dan menghancurkan organ dalam tubuhnya hingga berkeping-keping.
Mikyung tidak senang pada Hyerim dalam dua hari terakhir.
Taehoo memikirkan wanita lain, kenapa wanita itu Hyerim? Sahabatnya yang paling baik?
Oleh karena itu, dia tidak membalas pesan KakaoTalk dari Hyerim dalam dua hari terakhir, apalagi menjawab panggilan telepon darinya.
Akan tetapi, setelah beberapa pemikiran dan introspeksi, Mikyung akhirnya mendapatkan kembali kesadaran dan akal sehatnya.
Bagaimana mungkin menyalahkan Hyerim?
Orang yang salah itu Taehoo. Meskipun tanpa Hyerim, masih ada wanita lainnya ...
Dia hampir kehilangan sahabatnya yang terbaik karena kesakitan dan kekesalan.
Mungkin saja Hyerim menikah kilat karena pelecehan dari Taehoo.
Jika tidak, Hyerim yang telah melajang selama tujuh tahun, selalu menolak cinta dan pernikahan akan menikah tiba-tiba tanpa punya pacar terlebih dulu.
Kurang lebih juga demi dirinya.
Dia benar-benar hampir kehilangan sahabat baik yang sangat menyayanginya.
"Hyerim, maaf. Aku terlalu capek mengurus anak-anak dua hari ini dan aku juga merasa sedikit nggak enak badan, jadi aku pun nggak membalas pesanmu. Aku bahkan belum mengucapkan selamat atas pernikahanmu," permintaan maaf dari Mikyung berdasar dari lubuk hatinya yang terdalam.
Dia menanyakan beberapa pertanyaan dengan keprihatinan mengenai pernikahan Hyerim.
Mengenai pernikahan tersebut, Hyerim hanya melontarkan beberapa komentar dengan asal, dia lebih mengkhawatiran sahabatnya, "Ada apa denganmu? Apakah kamu sudah memeriksakan diri ke dokter?"
Mikyung mengatakan tidak apa-apa dan kemudian berkata, "Hyerim, aku merasa sangat beruntung memiliki sahabat yang baik sepertimu di kehidupanku ini."
Jika sahabatnya bukan Hyerim melainkan orang lain, ketika bertemu dengan pria tampan dan pintar merayu wanita seperti Taehoo, dia pasti akan selingkuh dan mengkhianatinya.
“Mikyung, kenapa kamu tiba-tiba mengatakan ini? Apakah ada sesuatu yang membuatmu terganggu?”
"Nggak apa-apa. Aku hanya merasa sangat beruntung mempunyai sahabat baik sepertimu!"
Kedua sahabat baik saling bertatapan muka. Mereka memiliki pikiran, tetapi tidak ada satu pun yang ingin membicarakannya.
“Hyerim,” Mikyung tiba-tiba berkata, “Aku ingin kembali bekerja di perusahaan.”
"Perhatianmu selalu pada keluarga dan anak-anakmu. Aku menyarankanmu untuk kembali bekerja sebelumnya atau mencari pekerjaan di perusahaan lain. Bukankah kamu lumayan menolak?" Hyerim merasa aneh.
"Aku hanya tiba-tiba ingin memulai kerja."
“Apakah Taehoo bertengkar denganmu?”
"Nggak."
Mikyung bahkan tidak punya kekuatan untuk bertengkar dengan Taehoo.
Bahkan tanpa pengakuannya kepada Hyerim, keduanya memang sudah tidak memiliki kesamaan apa pun.
Ketika Taehoo pulang ke rumah setiap hari, dia selalu mengatakan bahwa dia sangat lelah bekerja di kantor, kemudian dia akan pergi ke sofa dan mengeluarkan ponselnya. Dia lebih suka tertawa dengan ponselnya daripada membantunya mengurus anak, apalagi berbagi pekerjaan rumah.
Mikyung akan mengomel sedikit dan ibu mertuanya serta saudara iparnya akan memarahinya bersama dengan Taehoo. Mereka mengatakan bahwa dia tidak pengertian dan tidak memikirkan orang lain.
Tidak ada gunanya berkali-kali berantem dan ribut-ribut, malah hanya membuat dirinya semakin lelah.
Jika punya waktu untuk bertengkar dengan keluarganya dan membuat dirinya penuh amarah, sebaiknya dia menyelesaikan pekerjaan dengan tenang dan mencari waktu luang untuk beristirahat.
Sebelum menikah, Taehoo selalu menurutinya dalam segala hal dan selalu membujuknya dengan penuh perhatian. Akan tetapi, ini semua sudah lama menghilang dalam kehidupan pernikahannya.
Mikyung tidak pernah memberitahu Hyerim mengenai hal ini, apalagi keluarganya.
Oleh karena itu, tidak ada yang mengetahui kehidupan pernikahannya yang sebenarnya, yang bahkan sudah lama berantakan.
Dia menyembunyikan kesedihannya dan tersenyum tipis, "Hyerim, apa yang kamu katakan itu benar. Perempuan harus tetap memiliki karir dan hubungan sosialnya sendiri. Pertama-tama, mereka harus bisa mandiri dalam keuangan sebelum mereka dapat mengambil peran lain dengan baik."
Setelah bertahun-tahun Hyerim membujuknya dan sekarang dia tiba-tiba sadar diri?
Hyerim sangat mencurigainya?
Apakah Mikyung sudah mengetahui bahwa Taehoo sudah mengakui perasaannya pada dirinya?
Akan tetapi, dia tidak berani bertanya.
Jika masalah ini dibicarakan antara kedua belah pihak, hanya akan menyebabkan penderitaan yang besar bagi Mikyung.
Hyerim yang pintar menyadari sesuatu, tetapi dia tidak mengatakan apa pun.
Dia menatapi Mikyung dengan simpati dan rasa lega, "Mikyung, aku tahu kamu pasti bisa kembali menjadi dirimu sendiri."
“Sebenarnya aku agak takut untuk kembali ke lapangan kerja. Bagaimanapun, aku sudah tujuh tahun nggak bekerja dan sudah lama kehilangan kontak dengan dunia luar.”
Mikyung benar-benar takut, tetapi dia tidak takut untuk melangkah maju, "Tapi aku tetap harus mengambil langkah ini."
Jika tidak, suatu hari ketika dia dicampakkan sepenuhnya oleh Taehoo dan dia bahkan tidak punya penghasilan yang layak, bagaimana dia bisa memberi anak-anaknya kehidupan yang stabil dan bahagia?
Dalam dua hari terakhir, Mikyung juga menyadari sebuah prinsip:
Jika bertemu dengan pasangan yang tidak dapat diandalkan, maka harus membangkitkan sisi dalam diri kita yang kuat.
Mikyung terpikir sesuatu dan kemudian berkata, "Hyerim, ketika kita bertiga mendirikan perusahaan, badan hukum dan penerima ekuitas seharusnya jangan diberikan kepada Taehoo."
Saat ini memang belum putus hubungan dengan Taehoo.
Jika sampai terjadi apa-apa, Mikyung sangat takut dirinya dan Hyerim tidak akan mendapatkan apa pun.
Hyerim sepertinya memahami pikiran Mikyung, "Kamu takut kalau sampai putus hubungan dengan Taehoo akan memiliki konflik perselisihan dalam pembagian keuntungan dengannya?"
Mikyung berpikir bahwa masalah ini perlu dibicarakan lagi dalam jangka panjang, "Aku hanya sekedar ngomong, jangan dimasukkan ke dalam hati. Hyerim, jangan khawatir, jika memang terjadi hal seperti itu, aku lebih baik menderita daripada membiarkan dirimu mengalami kerugian.”
Hyerim sudah mengkhawatirkan masalah ini dua hari yang lalu.
Dia semakin yakin bahwa Mikyung sudah mengetahui mengenai pengakuan perasaan Taehoo padanya.
"Mikyung!"
"Ya! Ada apa?"
"Apakah kamu … " Hyerim yang begitu lugas dan tegas bahkan tidak dapat menuangkan pikirannya dalam kata-kata ...
Dia tidak pernah membiarkan pelayan di rumah mencuci celana dalamnya, dia selalu memasukkannya ke dalam mesin cuci steril yang terpisah dan mengeringkannya secara otomatis setelah dicuci.
Bahkan setelah kering pun dia tidak akan meminta pelayan di rumah untuk memasukkannya ke dalam lemari pakaian.
Hyerim berbalik dan berkata, "Aku lihat kamu nggak mencucinya, jadi aku pun mencucinya untukmu."
Dia sengaja menambahkan, "Jangan khawatir, aku menggunakan baskom baru yang belum pernah dipakai dan mencucinya dengan tangan, terpisah dari kaus kaki."
Meskipun demikian, Changmin masih sedikit tidak senang.
Dia mengambil kemabli celana dalamnya dengan wajah yang suram dan berkata, "Aku nggak butuh kamu mencucinya untukku. Jangan menyentuhnya lagi."
“Berbaik hati malah dianggap berniat buruk,” gumam Hyerim dengan suara rendah.
Akan tetapi, dia juga tidak merasa kesal.
Hanya saja, dia tidak akan menyentuh barang-barangnya lain kali.
"Aku mengukus ubi dan keledek di dalam panci, ada telur rebus juga. Susu juga ada dalam kulkas. Kamu bisa memakannya sendiri. Aku akan pergi ke kantor dulu."
Meskipun agak tidak menyenangkan, tidak ada yang lebih penting daripada bekerja dan menghasilkan uang.
Hyerim pun berangkat ke perusahaan dengan semangat tinggi.
Sekitar jam sepuluh, saat dia hendak keluar untuk melakukan sesuatu, Mikyung meneleponnya dan mengatakan bhawa dia ingin bertemu dengannya, lokasinya di Starbucks.
Mikyung tidak menjawab pesan atau panggilannya selama dua hari dan tiba-tiba mengajaknya untuk bertemu di luar?
Hyerim merasa aneh, “Mikyung, ada apa denganmu?”
"Hyerim, kita bertemu baru ngobrol saja. Aku akan menunggumu di Starbucks yang di Hongdae Shopping Mall."
Ketika Hyerim bergegas sampai di sana, dia hanya melihat Mikyung sendirian.
“Kenapa kamu nggak membawa bungsumu?” Hyerim duduk.
“Aku meminta Ibuku untuk menjaganya sebentar.” Mikyung menyodorkan kopi di depannya, “Aku memesan latte favoritmu.”
Hyerim tampak kaget, "Kamu merias wajah hari ini?"
Dia sudah bertahun-tahun tidak melihat Mikyung merias wajah.
Ada apa ini!
Mikyung tersenyum pahit, “Apakah dengan riasan pun nggak bisa menyembunyikan warna kulitku yang memucat?”
“Nggak kok, kamu memiliki dasar kulit yang bagus,” Hyerim menatapi Mikyung.
Dia tidak enak hati memberi tahu Mikyung bahwa riasannya kurang bagus.
Atau mungkin karena kelelahan selama bertahun-tahun, sehingga mengakibatkan kulit Mikyung tidak begitu lembut lagi, bahkan dengan riasan pun dia terlihat agak tua.
Bagaimanapun, dia sudah menjadi ibu dari dua anak.
Akan tetapi, dasar kulit Mikyung memang sangat bagus, "Kosmetik merek apa yang kamu beli? Sepertinya bedaknya agak luntur."
Bagaimana mungkin Mikyung mengetahui merek kosmetik?
Dalam dua tahun terakhir, setelah melahirkan anak pertama dan kemudian anak kedua, dunianya hanya berputar untuk suami dan anak-anaknya setiap hari.
Dia harus mengantar anak pertama ke sekolah di siang hari dan menemaninya menghadiri berbagai macam les sepulang sekolah di sore hari. Dia harus menyusui bungsunya lagi beberapa kali di malam hari. Jangankan merias wajah, bahkan tidur pun merupakan sebuah kemewahan.
Dia memikirkan karier suaminya yang makmur, putra pertama yang penuh bakat dan bungsu yang lucu.
Dia pun rela tidak peduli seberapa sulitnya dia.
Baru kemarin lusa ... ketika dia mendengar Taehoo mengucapkan kata-kata seperti itu pada Hyerim, dia baru menyadari betapa tidak dihargai dirinya.
Tidak merias wajah sepanjang hari, tidak mengurus rambut, tidak memiliki motivasi diri sehingga semakin menjauh dari dunia luar. Ibu rumah tangga yang tidak tahu mengurus diri, sehingga suaminya pun tidak tertarik padanya sama sekali dan hanya ada sahabatnya dalam pikiran suaminya ...
Setiap kalimat, setiap kata, seperti batu yang runtuh menghantam Mikyung seperti petir dan menghancurkan organ dalam tubuhnya hingga berkeping-keping.
Mikyung tidak senang pada Hyerim dalam dua hari terakhir.
Taehoo memikirkan wanita lain, kenapa wanita itu Hyerim? Sahabatnya yang paling baik?
Oleh karena itu, dia tidak membalas pesan KakaoTalk dari Hyerim dalam dua hari terakhir, apalagi menjawab panggilan telepon darinya.
Akan tetapi, setelah beberapa pemikiran dan introspeksi, Mikyung akhirnya mendapatkan kembali kesadaran dan akal sehatnya.
Bagaimana mungkin menyalahkan Hyerim?
Orang yang salah itu Taehoo. Meskipun tanpa Hyerim, masih ada wanita lainnya ...
Dia hampir kehilangan sahabatnya yang terbaik karena kesakitan dan kekesalan.
Mungkin saja Hyerim menikah kilat karena pelecehan dari Taehoo.
Jika tidak, Hyerim yang telah melajang selama tujuh tahun, selalu menolak cinta dan pernikahan akan menikah tiba-tiba tanpa punya pacar terlebih dulu.
Kurang lebih juga demi dirinya.
Dia benar-benar hampir kehilangan sahabat baik yang sangat menyayanginya.
"Hyerim, maaf. Aku terlalu capek mengurus anak-anak dua hari ini dan aku juga merasa sedikit nggak enak badan, jadi aku pun nggak membalas pesanmu. Aku bahkan belum mengucapkan selamat atas pernikahanmu," permintaan maaf dari Mikyung berdasar dari lubuk hatinya yang terdalam.
Dia menanyakan beberapa pertanyaan dengan keprihatinan mengenai pernikahan Hyerim.
Mengenai pernikahan tersebut, Hyerim hanya melontarkan beberapa komentar dengan asal, dia lebih mengkhawatiran sahabatnya, "Ada apa denganmu? Apakah kamu sudah memeriksakan diri ke dokter?"
Mikyung mengatakan tidak apa-apa dan kemudian berkata, "Hyerim, aku merasa sangat beruntung memiliki sahabat yang baik sepertimu di kehidupanku ini."
Jika sahabatnya bukan Hyerim melainkan orang lain, ketika bertemu dengan pria tampan dan pintar merayu wanita seperti Taehoo, dia pasti akan selingkuh dan mengkhianatinya.
“Mikyung, kenapa kamu tiba-tiba mengatakan ini? Apakah ada sesuatu yang membuatmu terganggu?”
"Nggak apa-apa. Aku hanya merasa sangat beruntung mempunyai sahabat baik sepertimu!"
Kedua sahabat baik saling bertatapan muka. Mereka memiliki pikiran, tetapi tidak ada satu pun yang ingin membicarakannya.
“Hyerim,” Mikyung tiba-tiba berkata, “Aku ingin kembali bekerja di perusahaan.”
"Perhatianmu selalu pada keluarga dan anak-anakmu. Aku menyarankanmu untuk kembali bekerja sebelumnya atau mencari pekerjaan di perusahaan lain. Bukankah kamu lumayan menolak?" Hyerim merasa aneh.
"Aku hanya tiba-tiba ingin memulai kerja."
“Apakah Taehoo bertengkar denganmu?”
"Nggak."
Mikyung bahkan tidak punya kekuatan untuk bertengkar dengan Taehoo.
Bahkan tanpa pengakuannya kepada Hyerim, keduanya memang sudah tidak memiliki kesamaan apa pun.
Ketika Taehoo pulang ke rumah setiap hari, dia selalu mengatakan bahwa dia sangat lelah bekerja di kantor, kemudian dia akan pergi ke sofa dan mengeluarkan ponselnya. Dia lebih suka tertawa dengan ponselnya daripada membantunya mengurus anak, apalagi berbagi pekerjaan rumah.
Mikyung akan mengomel sedikit dan ibu mertuanya serta saudara iparnya akan memarahinya bersama dengan Taehoo. Mereka mengatakan bahwa dia tidak pengertian dan tidak memikirkan orang lain.
Tidak ada gunanya berkali-kali berantem dan ribut-ribut, malah hanya membuat dirinya semakin lelah.
Jika punya waktu untuk bertengkar dengan keluarganya dan membuat dirinya penuh amarah, sebaiknya dia menyelesaikan pekerjaan dengan tenang dan mencari waktu luang untuk beristirahat.
Sebelum menikah, Taehoo selalu menurutinya dalam segala hal dan selalu membujuknya dengan penuh perhatian. Akan tetapi, ini semua sudah lama menghilang dalam kehidupan pernikahannya.
Mikyung tidak pernah memberitahu Hyerim mengenai hal ini, apalagi keluarganya.
Oleh karena itu, tidak ada yang mengetahui kehidupan pernikahannya yang sebenarnya, yang bahkan sudah lama berantakan.
Dia menyembunyikan kesedihannya dan tersenyum tipis, "Hyerim, apa yang kamu katakan itu benar. Perempuan harus tetap memiliki karir dan hubungan sosialnya sendiri. Pertama-tama, mereka harus bisa mandiri dalam keuangan sebelum mereka dapat mengambil peran lain dengan baik."
Setelah bertahun-tahun Hyerim membujuknya dan sekarang dia tiba-tiba sadar diri?
Hyerim sangat mencurigainya?
Apakah Mikyung sudah mengetahui bahwa Taehoo sudah mengakui perasaannya pada dirinya?
Akan tetapi, dia tidak berani bertanya.
Jika masalah ini dibicarakan antara kedua belah pihak, hanya akan menyebabkan penderitaan yang besar bagi Mikyung.
Hyerim yang pintar menyadari sesuatu, tetapi dia tidak mengatakan apa pun.
Dia menatapi Mikyung dengan simpati dan rasa lega, "Mikyung, aku tahu kamu pasti bisa kembali menjadi dirimu sendiri."
“Sebenarnya aku agak takut untuk kembali ke lapangan kerja. Bagaimanapun, aku sudah tujuh tahun nggak bekerja dan sudah lama kehilangan kontak dengan dunia luar.”
Mikyung benar-benar takut, tetapi dia tidak takut untuk melangkah maju, "Tapi aku tetap harus mengambil langkah ini."
Jika tidak, suatu hari ketika dia dicampakkan sepenuhnya oleh Taehoo dan dia bahkan tidak punya penghasilan yang layak, bagaimana dia bisa memberi anak-anaknya kehidupan yang stabil dan bahagia?
Dalam dua hari terakhir, Mikyung juga menyadari sebuah prinsip:
Jika bertemu dengan pasangan yang tidak dapat diandalkan, maka harus membangkitkan sisi dalam diri kita yang kuat.
Mikyung terpikir sesuatu dan kemudian berkata, "Hyerim, ketika kita bertiga mendirikan perusahaan, badan hukum dan penerima ekuitas seharusnya jangan diberikan kepada Taehoo."
Saat ini memang belum putus hubungan dengan Taehoo.
Jika sampai terjadi apa-apa, Mikyung sangat takut dirinya dan Hyerim tidak akan mendapatkan apa pun.
Hyerim sepertinya memahami pikiran Mikyung, "Kamu takut kalau sampai putus hubungan dengan Taehoo akan memiliki konflik perselisihan dalam pembagian keuntungan dengannya?"
Mikyung berpikir bahwa masalah ini perlu dibicarakan lagi dalam jangka panjang, "Aku hanya sekedar ngomong, jangan dimasukkan ke dalam hati. Hyerim, jangan khawatir, jika memang terjadi hal seperti itu, aku lebih baik menderita daripada membiarkan dirimu mengalami kerugian.”
Hyerim sudah mengkhawatirkan masalah ini dua hari yang lalu.
Dia semakin yakin bahwa Mikyung sudah mengetahui mengenai pengakuan perasaan Taehoo padanya.
"Mikyung!"
"Ya! Ada apa?"
"Apakah kamu … " Hyerim yang begitu lugas dan tegas bahkan tidak dapat menuangkan pikirannya dalam kata-kata ...
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved