Bab 2 Suami yang Baru Menikah “Bangkrut”

by Shin Kyung-sook 07:43,Jun 28,2024
Hyerim tidak tahu bahwa Mikyung sedang berada di luar pintu.

Di jam segini, semua orang telah pergi ke kantin untuk makan siang.

Jika tidak, dia tidak akan membiarkan Taehoo mengatakan begitu banyak hal yang menjijikkannya.

Hyerim penuh amarah.

"Han Taehoo, Mikyung baru saja melahirkan anak kedua. Apakah kamu nggak merasa bersalah padanya?"

“Apa alasannya dia nggak merias wajah atau merawat rambutnya?”

“Dia harus mengasuh kedua anakmu, yang besar harus diantar-jemput dari sekolah dan masih membutuhkan bimbingan setiap hari, yang kecil masih lagi menyusui. DIa juga harus merawat orang tuamu dan bahkan adik perempuanmu. Apa menurutmu dia masih punya banyak waktu untuk dirinya sendiri?"

"Kalau bukan karena menikahimu dan melahirkan anak untukmu, dengan kemampuan Mikyung, dia juga bisa menjadi wanita karir hebat yang berpakaian dengan selera tinggi dan penuh pesona. Kamu bahkan masih mencari kesalahannya?"

Hyerim memiliki niat untuk membunuh Taehoo.

“Nggak peduli dia menikahi pria mana pun, dia akan melahirkan anak-anak." Taehoo tidak hanya tidak merasa bersalah, tetapi juga sangat percaya diri, "Dia sendiri yang nggak urus dirinya dan nggak ingin membuat kemajuan. Kenapa malah menyalahkanku?"

Plak!

Hyerim tidak tahan lagi dan menampar Taehoo dengan keras.

Taehoo tidak bereaksi sama sekali dalam sesaat.

Paru-paru Hyerim hampir meledak karena penuh amarah dan dia pun tidak bisa menenangkan amarahnya untuk waktu yang lama.

Kenapa ada bajingan seperti ini?

"Han Taehoo, meski kamu bukan suami Mikyung, aku juga nggak akan jatuh hati pada pria yang nggak tahu berterima kasih sepertimu."

“Nggak, kamu sama sekali nggak layak menjadi pria, kamu lebih rendahan dari bajingan.”

"Sebaiknya kamu kembalikan perhatianmu pada Mikyung, kalau nggak, jangan salahkan aku bersikap kasar padamu."

Hyerim tidak ingin lagi berada dalam satu ruangan dengan bajingan ini, dia pun membuka pintu dan pergi.

Di belakangnya, pria yang dihina oleh Hyerim mulai menyimpan dendam di dalam hatinya.

Mikyung sudah berlinang air mata di sudut tak terlihat di luar pintu.

Ketika semua orang telah kembali dari kantin, Hyerim masih tidak melihat Mikyung.

Dia membagikan suvenir pernikahan terlebih dahulu.

Semua orang sangat terkejut.

"Hyerim Eonni, kapan kamu punya pacar? Kenapa kamu begitu cepat menikah? Kenapa kami nggak mendapat kabar sama sekali?"

Hyerim berkata terus terang, "Bukan hal penting yang perlu disampaikan ke orang-orang, jadi aku pun nggak mengatakannya. Tapi kedepannya aku juga sudah sudah merupakan istri orang, jadi tolong jangan perkenalkan cowok kepadaku lagi. Suamiku gampang cemburu dan dia akan memukul orang ketika dia cemburu. Dia juara taekwondo, jadi pukulannya tidak ringan."

Perkataan ini sengaja dia katakan untuk Taehoo.

Usai membagikan permen pernikahan, Hyerim menelepon Mikyung.

"Mikyung, bukankah kamu bilang kamu akan datang ke kantor hari ini? Kenapa aku belum melihatmu? Ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kukatakan padamu."

“Oh, anakku yang kecil sedikit nggak enak badan, jadi aku pun pulang lebih awal.”

"Suaramu kenapa?"

"Nggak apa-apa. Mungkin masuk angin tadi malam. Hyerim, anakku menangis, aku akan menghiburnya dulu."

Mikyung buru-buru menutup telepon.

Hyerim merasa seperti ada yang salah dengan Mikyung, tapi dia tidak dapat menjelaskannya.

Dia sedikit khawatir, tetapi karena ada yang harus dia lakukan, sehingga dia pun urus kerjaannya dulu.

Dia sibuk sampai sekitar jam sembilan malam dan dia tidak berhenti hingga Changmin meneleponnya.

“Apakah kamu sudah pulang kerja?”

Hyerim tidak tahu bahwa Changmin yang meneleponnya, tetapi dia mengenali suaranya, "Changmin-ssi?"

Bukan karena dia memiliki ingatan yang baik, tetapi karena suara Changmin sangat mudah dikenali. Agak nada rendah dan menyenangkan, seolah-olah terdengar seperti senar biola.

“Iya,” jawab Changmin. “Aku di luar perusahaanmu. Kamu turunlah jika sudah pulang kerja.”

Hyerim memang hendak mengakhiri kerjaanya dan pulang, "Kalau begitu, tunggu aku sebentar."

Setelah menutup telepon, Changmin keluar dari Rolls-Royce dan berkata, "Makoto, Bawa pulang mobil ini."

“Oke, Tuan Ketiga,” kata Makoto dengan hormat.

Changmin berkata dengan suara yang dalam, “Mulai sekarang, kamu jangan memanggilku Tuan Ketiga di depan Nyonya.”

"Baik, Tuan Ketiga. Tapi apa benar nggak perlu aku ikut bersamamu?"

"Nggak perlu."

Untuk menghemat uang sewa, Hyerim, Taehoo dan Mikyung menyewa perusahaan di Daerah Daehan di Kota Bukchon.

Di seberang Daerah Daehan terdapat pusat komersial yang ramai.

Inilah ciri khas Kota Bukchon.

Changmin menunggu Hyerim di jalan selama beberapa menit.

Teriakan para pedagang, kericuhan orang yang datang dan pergi, serta suasana jalan yang ramai membuatnya sedikit tidak sabar.

Auranya yang unik juga tidak sesuai dengan tempat ini.

Dia berjalan ke arah Hyerim setelah melihatnya.

“Kenapa kamu bisa menemukan tempat ini?” Hyerim ingat bahwa dia tidak memberitahunya lokasi kantornya.

Changmin tidak menjawabnya dan langsung ke pokok permasalahan, "Perusahaan kecilku bangkrut, jadi bank menyita rumah dan mobilku. Aku nggak punya tempat tinggal sekarang, bolehkah aku pergi ke tempatmu?"

" … " Hyerim tidak bisa bereaksi dalam sesaat, "Bukankah pagi ini masih baik-baik saja?"

Changmin berbohong dengan sangat tenang, "Baru terjadi tadi siang."

Hyerim masih tampak belum bisa menerimanya.

Kenapa dia tidak mengatakan hal ini sebelum mendaftarkan pernikahan?

Changmin menambahkan, "Dan lagi, aku lagi kekurangan uang saat ini. Apakah kamu bisa pinjamkan dua ratus juta?"

Jika bukan karena sudah berjanji pada Kihoon untuk tinggal di rumah Hyerim dengan cara ini, dia tidak akan berbohong, apalagi meminjam uang dari seorang wanita.

Sebenarnya, dia bahkan tidak ingin repot-repot menguji Hyerim, karena mereka akan bercerai setelah satu tahun.

Karakter Hyerim juga tidak ada hubungan dengannya.

Akan tetapi, Kihoon bersikeras melakukan hal seperti ini, seolah-olah ingin membuktikan kepadanya bahwa Hyerim memang wanita yang baik.

Dia hanya bisa melakukan sesuai perintah.

Dia menunggu Hyerim menolaknya.

Bagaimanapun, Hyerim adalah orang yang normal, sehingga dia tidak akan bisa menerima jika suaminya yang baru saja menikah di pagi hari tiba-tiba bangkrut dan datang untuk menyusahkannya, bahkan meminjam uang dengannya.

Hyerim tidak langsung menjawab.

Changmin berpikir ini adalah hal yang baik.

Asalkan dia menolak, dia tidak perlu tinggal di rumahnya lagi.

Changmin menambahkan, "Nggak apa-apa, jika kamu nggak bisa memberiku pinjaman, aku akan pulang dan meminjam dengan Ayahku."

Changmin pun berbalik dan berjalan beberapa langkah ketika Hyerim masih mempertimbangkannya, tetapi dia dengan cepat mengejarnya, “Di mana barang bawaanmu?”

Changmin berhenti dan bertanya, "Kamu meyetujui aku tinggal di rumahmu?"

Setelah mempertimbangkannya dengan baik, Hyerim pun berkata, "Karena sudah menikah, kita sudah menjadi satu keluarga walau hanya di atas kertas putih, jadi kita pun nggak perlu membeda-bedakan lagi. Kamu bisa tinggal bersamaku, jangan merepotkan Ahjussi dan membuatnya khawatir."

Dia bahkan telah menyetujuinya?

Changmin, yang terlihat tenang di luar tampak sangat terkejut.

Dia sudah siap untuk ditolak olehnya.

Selain itu, dia sebenarnya berniat menggunakan ini untuk membuktikan sesuatu kepada Kihoon, bahwa menantu yang disukainya tidak begitu baik.

Kini, sepertinya Kihoon akan merasa dia telah meremehkan wanita di depannya ini.

Changmin sungguh ingin ditolak olehnya, sehingga dia pun dengan tegas bertanya, "Kalau begitu, bagaiamana dengan dua ratus juta yang ingin aku pinjam darimu?"

Hyerim berkata dengan serius, “Aku masih butuh waktu untuk mempertimbangkan masalah ini.”

Dua ratus juta bukanlah jumlah yang kecil.

Changmin, "Jangan hiraukan aku kalau kamu merasa agak sulit. Lagipula, kita baru saling mengenal kurang dari sepuluh jam."

Hyerim, “Aku akan memberimu jawaban besok pagi.”

Hyerim terpikir sesuatu dan buru-buru bertanya, "Changmin-ssi, selain bangkrut, kamu nggak terlibat dalam hutang, kan?"

Mereka kini telah menjadi suami istri yang sah.

Jika Changmin memiliki hutang di luar, dia juga harus membantu melunasinya.

Dia sangat khawatir dengan masalah ini.

Changmin juga menyadari kekhawatirannya.

Terlalu berlebihan untuk berbohong padanya bahwa dia bangkrut. Dia tidak ingin memberikan terlalu banyak tekanan padanya, sehingga dia pun berkata:

“Nggak ada, hartaku bisa menutupi utangnya, hanya saja aku nggak punya satu sen pun lagi.”

“Kalau begitu, masih mendingan.” Hyerim menghela nafas lega dan dengan cepat menyemangatinya, “Kamu punya kaki dan tangan, cari pekerjaan dulu, asalkan kamu mau bekerja keras, kamu masih bisa membangun kembali.”

Changmin tidak berkata apa pun lagi, dia hanya bergumam 'ya' dan menatapinya.

Sepertinya Hyerim benar-benar membuat orang tidak dapat membencinya.

Hyerim bertanya, "Di mana barang bawaanmu?"

“Rumahku ditahan tiba-tiba,” kata Changmin, “Jadi aku pun nggak sempat membawa apa pun.”

Hyerim menuntunnya, "Ayo pergi, aku akan membelikanmu dua set pakaian ganti dan kebutuhan sehari-hari."

Taehoo yang sudah lama keluar dari lorong mendengar dengan jelas beberapa kata terakhir dari percakapan keduanya.

Dia benar-benar ingin keluar dan mengejek Hyerim.

Apakah ini pria yang dinikahinya?

Tidak hanya bangkrut dan tidak memiliki uang sepeser pun, tetapi dia juga meminta uang dari seorang wanita?

Hyerim bahkan menyukai pria seperti ini?

Mungkin karena dia telah ditolak dan dihina, atau mungkin karena dia ditampar oleh Hyerim, Taehoo tampak mempunyai dendam padanya.

Dia sangat ingin mempermalukan Hyerim di depan orang-orang.

Mungkin suaminya yang mengandalkan wanita untuk menghidupinya setelah bangkrut adalah kesempatan bagus untuk mempermalukan Hyerim ...

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

80