Bab 12 Dari Kecil Hingga Besar (Bagian Pertama)
by Fakhrusnissa
17:04,Jul 07,2021
"Apakah Dik Okto sudah makan?" Tanya Quina basa-basi, lalu memperkenalkan, "Ini adalah Ibu Tyas Libra, guru baru hari ini, Ibu Tyas, ini adalah murid di kelasku, Ezikra."
Terhadap Quina memperkenalkan Tyas padanya, Ezikra bahkan malas melihat orang itu.
Sepasang mata yang terpikat menatap Quina lurus, bibir indah tersenyum anggun dan lembut, nada bicaranya tetap ramah dengan nada yang tak tertahankan:
"Ibu Quina, semalam bukankah kamu bilang mau traktir aku makan?" Kalau begitu sepakat hari Minggu."
Awalnya Hari Jumat, namun, sebuah pesan singkat membuatnya berubah pikiran.
"Ah?" Perkataannya membuat Quina tercengang, setelah tersadar berkata, "Maaf Dik Okto, hari Minggu aku ada urusan."
"Ibu Quina, apakah kamu tidak ingin mentraktirku makan, makanya berkata begitu?" Ezikra tersenyum bertanya.
Ezikra melihat dia tidak menghindari makan bersama ini, jadi percaya bahwa dia sungguh ada urusan.
Setelah terdiam beberapa detik, berkata, "Kalau begitu hari Jumat saja."
"Baiklah, hari Jumat aku bisa." Quina mengangguk setuju.
Setelah itu, pelayan mengantarkan makanan Ezikra kemari.
Tyas memakan makanannya dengan tenang, sama sekali tidak keberatan dirinya dianggap seperti manusia tembus pandang, dan juga diam-diam melihat Ezikra dan Quina mengobrol.
Tersenyum dingin berpikir dalam hati: Tidak disangka Tuan muda kecil Keluarga Okto, keluarga terkaya nomor satu di negara r menyukai Quina......
Setelah makan siang sampai setengah, ponselnya berdering, Quina mengeluarkan ponselnya melihat, itu adalah panggilan dari Ezra :
"Halo, ada apa?" Tanyanya.
"Sudah makan belum?" Tanya pria itu dingin.
"Sedang makan di kantin sekolah, bagaimana denganmu?"
"Sudah makan." Suara itu sangat menyejukkan.
---------------------------
Keesokan harinya.
Sore hari pulang sekolah, seorang abang kurir muncul di depan pintu kantor, "Permisi tanya, siapa Ibu Quina ?"
"Aku!" Quina mengangkat sebelah tangan, "Ada apa?"
"Ada pesananmu, mohon ditanda terima." Abang kurir yang tampan itu berbicara, meletakkan sebungkus makanan di atas mejanya.
"Tunggu......Aku tidak ada pesan makanan? Apakah kamu salah?" Quina melihat label Carson -----restoran mewah bintang lima, wajahnya kebingungan.
"Tidak salah, seorang Tuan bermarga Okto yang memesannya."
Abang Kurir masih belum bicara, ponsel Quina sudah berdeirng, dia melihat nama tertera di layar, langsung tahu siapa yang memesan makanan ini.
"Apakah kamu sudah menerima makanan yang kupesan?" Suara di ujung telepon sana, Ezra bertanya dengan tenang.
"Baru sampai." Quina menjawab jujur.
"Mhm, kelak tidak perlu pergi ke kantin makan lagi."
Quina menerima makanan itu, setelah mengantarkan Abang Kurir, baru berkata, "Itu......kelak kamu tidak perlu memesan makanan yang mahal untukku."
"Aku sanggup menafkahimu." Nada bicaranya sangat dominan, menambahkan lagi, "Kamu terlalu kurus, makanlah sedikit yang bergizi."
"Aku tidak kurus." Quina mencubit pinggangnya, berkata dengan tidak senang.
"Dada."
Nafas Quina tertahan oleh jawabannya, ukurannya 34c, ukuran sempurna untuk wanita Asia, bagian mananya kecil? Bagian mananya?
Tak disangka pria yang biasanya pendiam ini malah sangat mesum.
Dia dengan kesal berkata, "Entah siapa yang waktu itu menculik dan menikahiku, keberatan dadaku kecil, kamu cari yang besar."
"Tapi aku suka sahabat dari kecil." Dia bicara dengan makna tersirat.
"Apa?" Tanya Quina dengan bimbang.
"Tak apa, aku sibuk dulu."
Setelah itu, tidak menunggu Quina bicara, lalu mengakhiri panggilan itu.
Quina menyimpan ponselnya dengan kesal, membuka makanan itu.
Itu adalah makanan seafood yang dia suka, ada daging dan sayur, penyajiannya sangat bagus, aromanya sangat mengunggah selera, juga ada sup, camilan, dan buah......
Sungguh jangan terlalu banyak dan mewah.
"Makanan Ibu Libra hari ini mewah sekali." Zarahwati pulang sekolah langsung kembali ke kantor, melihat meja kantornya dipenuhi dengan makanan Carson, tidak bisa menahan untuk mengejek.
Quina melambaikan tangan padanya, berkata, "Ada yang traktir, aku tidak bisa menghabiskannya sendirian, kalau ibu Zarah tidak keberatan, boleh makan bersama."
Di kantor ini, hubungan dia dengan ibu Zarah yang paling bagus; ibu Zarah juga pernah mengajarinya beberapa kelas.
"Haha, lebih baik tidak perlu, jika aku makan, kamu tidak akan kenyang." Zarahwati menolak dengan tersenyum.
"Tidak." Quina berdiri menariknya mendekat, meletakkan satu porsi di hadapannya, "Makan bersama saja, kalau tidak dihabiskan juga sayang sekali."
"Kalau begitu, aku tidak segan lagi." Zarahwati melihat dia sudah berbicara sampai seperti ini, juga segan menolak.
Quina sambil makan nasi, baru teringat barusan Ezra di telepon mengatakan "Aku suka sahabat kecil", oleh karena itu dia bertanya pada Zarahwati :
"Oh, benar, seorang temanku datang bertanya padaku, seorang pria mengobrol dengannya, tiba-tiba berkata "Aku suka sahabat kecil", apa kamu tahu apa maksudnya?"
"Coba kamu ceritakan apa yang mereka ceritakan, baru aku analisis." ibu Zarah bicara dengan tidak sabar.
"Mhm......" Quina ragu sebentar, baru berkata, "Yang pria bilang temanku sangat kurus, temanku bertanya bagian mananya yang kurus? Lalu pria itu bilang "Dada", sepertinya berterima kasih temanku sudah marah, lalu pria itu menambahkan "Tapi aku suka sahabat sejak kecil"......"
Zarahwati mendengar demikian, dalam sekejap tersenyum berkata, "Hahaha, temanmu sudah dipermainkan oleh pria itu."
"Dipermainkan bagaimana?" Quina bertanya dengan wajah polos.
"Ibu Libra, sahabat sejak kecil itu artinya apa?" Tanya Zarahwati balik.
"Sepasang pria wanita yang bermain dari kecil sampai dewasa, seharusnya begitu, kan?"
Zarahwati melihatnya menjelaskan dengan serius, mengerti artinya dan langsung menjelaskan padanya:
"Pria itu bilang dada temanmu kecil, lalu juga suka sahabat sejak kecil, maksudnya adalah: Meskipun dadamu kecil, tapi aku suka bermain dari kecil hingga besar."
Dia sambil berbicara sengaja memasang ekspresi sembrono, menjulurkan tangan ke depan dada Quina, mau memegang dada.
Quina masih tercengang sesaat, baru tersadar.
Dalam sekejap wajahnya merah, hampir tak bisa menahan nada kasarnya: Astaga, dipermainkan, tak disangka pria yang tampaknya serius, namun, diam-diam malah begitu bajingan dan mesum
Terhadap Quina memperkenalkan Tyas padanya, Ezikra bahkan malas melihat orang itu.
Sepasang mata yang terpikat menatap Quina lurus, bibir indah tersenyum anggun dan lembut, nada bicaranya tetap ramah dengan nada yang tak tertahankan:
"Ibu Quina, semalam bukankah kamu bilang mau traktir aku makan?" Kalau begitu sepakat hari Minggu."
Awalnya Hari Jumat, namun, sebuah pesan singkat membuatnya berubah pikiran.
"Ah?" Perkataannya membuat Quina tercengang, setelah tersadar berkata, "Maaf Dik Okto, hari Minggu aku ada urusan."
"Ibu Quina, apakah kamu tidak ingin mentraktirku makan, makanya berkata begitu?" Ezikra tersenyum bertanya.
Ezikra melihat dia tidak menghindari makan bersama ini, jadi percaya bahwa dia sungguh ada urusan.
Setelah terdiam beberapa detik, berkata, "Kalau begitu hari Jumat saja."
"Baiklah, hari Jumat aku bisa." Quina mengangguk setuju.
Setelah itu, pelayan mengantarkan makanan Ezikra kemari.
Tyas memakan makanannya dengan tenang, sama sekali tidak keberatan dirinya dianggap seperti manusia tembus pandang, dan juga diam-diam melihat Ezikra dan Quina mengobrol.
Tersenyum dingin berpikir dalam hati: Tidak disangka Tuan muda kecil Keluarga Okto, keluarga terkaya nomor satu di negara r menyukai Quina......
Setelah makan siang sampai setengah, ponselnya berdering, Quina mengeluarkan ponselnya melihat, itu adalah panggilan dari Ezra :
"Halo, ada apa?" Tanyanya.
"Sudah makan belum?" Tanya pria itu dingin.
"Sedang makan di kantin sekolah, bagaimana denganmu?"
"Sudah makan." Suara itu sangat menyejukkan.
---------------------------
Keesokan harinya.
Sore hari pulang sekolah, seorang abang kurir muncul di depan pintu kantor, "Permisi tanya, siapa Ibu Quina ?"
"Aku!" Quina mengangkat sebelah tangan, "Ada apa?"
"Ada pesananmu, mohon ditanda terima." Abang kurir yang tampan itu berbicara, meletakkan sebungkus makanan di atas mejanya.
"Tunggu......Aku tidak ada pesan makanan? Apakah kamu salah?" Quina melihat label Carson -----restoran mewah bintang lima, wajahnya kebingungan.
"Tidak salah, seorang Tuan bermarga Okto yang memesannya."
Abang Kurir masih belum bicara, ponsel Quina sudah berdeirng, dia melihat nama tertera di layar, langsung tahu siapa yang memesan makanan ini.
"Apakah kamu sudah menerima makanan yang kupesan?" Suara di ujung telepon sana, Ezra bertanya dengan tenang.
"Baru sampai." Quina menjawab jujur.
"Mhm, kelak tidak perlu pergi ke kantin makan lagi."
Quina menerima makanan itu, setelah mengantarkan Abang Kurir, baru berkata, "Itu......kelak kamu tidak perlu memesan makanan yang mahal untukku."
"Aku sanggup menafkahimu." Nada bicaranya sangat dominan, menambahkan lagi, "Kamu terlalu kurus, makanlah sedikit yang bergizi."
"Aku tidak kurus." Quina mencubit pinggangnya, berkata dengan tidak senang.
"Dada."
Nafas Quina tertahan oleh jawabannya, ukurannya 34c, ukuran sempurna untuk wanita Asia, bagian mananya kecil? Bagian mananya?
Tak disangka pria yang biasanya pendiam ini malah sangat mesum.
Dia dengan kesal berkata, "Entah siapa yang waktu itu menculik dan menikahiku, keberatan dadaku kecil, kamu cari yang besar."
"Tapi aku suka sahabat dari kecil." Dia bicara dengan makna tersirat.
"Apa?" Tanya Quina dengan bimbang.
"Tak apa, aku sibuk dulu."
Setelah itu, tidak menunggu Quina bicara, lalu mengakhiri panggilan itu.
Quina menyimpan ponselnya dengan kesal, membuka makanan itu.
Itu adalah makanan seafood yang dia suka, ada daging dan sayur, penyajiannya sangat bagus, aromanya sangat mengunggah selera, juga ada sup, camilan, dan buah......
Sungguh jangan terlalu banyak dan mewah.
"Makanan Ibu Libra hari ini mewah sekali." Zarahwati pulang sekolah langsung kembali ke kantor, melihat meja kantornya dipenuhi dengan makanan Carson, tidak bisa menahan untuk mengejek.
Quina melambaikan tangan padanya, berkata, "Ada yang traktir, aku tidak bisa menghabiskannya sendirian, kalau ibu Zarah tidak keberatan, boleh makan bersama."
Di kantor ini, hubungan dia dengan ibu Zarah yang paling bagus; ibu Zarah juga pernah mengajarinya beberapa kelas.
"Haha, lebih baik tidak perlu, jika aku makan, kamu tidak akan kenyang." Zarahwati menolak dengan tersenyum.
"Tidak." Quina berdiri menariknya mendekat, meletakkan satu porsi di hadapannya, "Makan bersama saja, kalau tidak dihabiskan juga sayang sekali."
"Kalau begitu, aku tidak segan lagi." Zarahwati melihat dia sudah berbicara sampai seperti ini, juga segan menolak.
Quina sambil makan nasi, baru teringat barusan Ezra di telepon mengatakan "Aku suka sahabat kecil", oleh karena itu dia bertanya pada Zarahwati :
"Oh, benar, seorang temanku datang bertanya padaku, seorang pria mengobrol dengannya, tiba-tiba berkata "Aku suka sahabat kecil", apa kamu tahu apa maksudnya?"
"Coba kamu ceritakan apa yang mereka ceritakan, baru aku analisis." ibu Zarah bicara dengan tidak sabar.
"Mhm......" Quina ragu sebentar, baru berkata, "Yang pria bilang temanku sangat kurus, temanku bertanya bagian mananya yang kurus? Lalu pria itu bilang "Dada", sepertinya berterima kasih temanku sudah marah, lalu pria itu menambahkan "Tapi aku suka sahabat sejak kecil"......"
Zarahwati mendengar demikian, dalam sekejap tersenyum berkata, "Hahaha, temanmu sudah dipermainkan oleh pria itu."
"Dipermainkan bagaimana?" Quina bertanya dengan wajah polos.
"Ibu Libra, sahabat sejak kecil itu artinya apa?" Tanya Zarahwati balik.
"Sepasang pria wanita yang bermain dari kecil sampai dewasa, seharusnya begitu, kan?"
Zarahwati melihatnya menjelaskan dengan serius, mengerti artinya dan langsung menjelaskan padanya:
"Pria itu bilang dada temanmu kecil, lalu juga suka sahabat sejak kecil, maksudnya adalah: Meskipun dadamu kecil, tapi aku suka bermain dari kecil hingga besar."
Dia sambil berbicara sengaja memasang ekspresi sembrono, menjulurkan tangan ke depan dada Quina, mau memegang dada.
Quina masih tercengang sesaat, baru tersadar.
Dalam sekejap wajahnya merah, hampir tak bisa menahan nada kasarnya: Astaga, dipermainkan, tak disangka pria yang tampaknya serius, namun, diam-diam malah begitu bajingan dan mesum
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved