Bab 3 #AKHIRNYAPACARAN

by Hyoki 09:32,Feb 18,2021


Setelah hari itu, aku banyak berpikir tentang Mas Galih. Aku tahu dan sangat sadar sikap baiknya, perhatiannya padaku sudah pasti ada sesuatu dibalik itu. Dua hari yang lalu Mas Galih datang kerumahku hanya untuk memberikan Gege hadiah dan suplemen, aku menghabiskan waktu dengannya sampai malam hari. Mendengarkan cerita-ceritanya, aku sadar Mas Galih adalah orang yang menyenangkan, dan aku merasa nyaman didekatnya.
Apa aku mulai menyukainya. Aku pikir ya, maksudku, perempuan mana yang tak menyukai Mas Galih. Baik, ganteng, cukup mapan dengan profesinya sebagai dokter hewan dan mempunyai klinik hewannya, perhatian, asik diajak bicara. Sepertinya aku sudah teracuni oleh Linda.
Sore ini, Mas Galih memintaku untuk bertemu dengannya. Agendanya hanya nonton film di bioskop dan berjalan-jalan ditaman tempat pertama aku dengan Mas Galih bertemu.
Firasatku, mungkin ini waktunya. Aku tahu Mas Galih memiliki rasa untukku. Aku ragu untuk menemuinya, aku sedikit takut soal apa yang akan dikatakannya padaku. Aku tahu dan merasa, perasaanku kuat untuk itu, bahwa malam nanti Mas Galih akan menyatakan perasaannya padaku.

Chat room

Aku : Mas Galih ngajak aku nonton, gimana?
Mas Rafa : wah wah ada yang mau taken nih
Linda : Dek pake baju yang kemaren kita beli, yang peach itu loh. Terus pake parfume yang japannese sakura itu.
Aku : kok aku tiba-tiba males ketemu ya?
Linda : Adekkkk!!!
Mas Rafa : Dek, sumpah ya loe mau buang orang baik kaya dia? Jangan! aku anterin loe kesana deh
Linda : Dek pokonya pergi, harus pergi ketemu Mas Galih. aku seret kamu keluar pintu rumah. Dan jangan pernah tolak buat jadi pacarnya. Awas aja! Pokonya bilang Yes! Harus. Kali ini harus jadiaan, Adek harus punya pacar pokonya.
Cici : udah dek, temuin aja dulu, coba aja dulu, siapa tau cocok. Dan bikin mereka tutup mulut.
Kalian tuh berisikin handphone aku dari tadi tau.
Aku : maaf ya Ci,
Cici : good luck ya Dek
Linda : good luck, pacaran. Pacaran! Pacaran! Adek akhirnya pacaran!
Mas rafa : ntar Mas Rafa syukuran kalo adek udah jadian sama Mas Galih si dokter hewan
Aku : ih Mas Rafa nih ya, Tau ah, bentar lagi Mas Galih mau jemput. Aku siap-siap dulu.
Cici : cieee akhirnya, dandan yang cantic Dek
Linda : yeay akhirnya. Adekkuuu

Chaat roomku rame banget, saat kuberi tahu mereka. maksudku tadinya meminta pencerahan soal keraguanku, tapi mereka malah yang semangat seperti itu.
*
Taman.
Aku berjalan pelan, sangat pelan. Pikiranku kemana-mana, jawaban seperti apa yang harus kukatakan pada Mas Galih. Masa iya aku langsung bilang iya, itu membuatku terlihat gampangan. Apa aku bilang butuh waktu, tapi sepertinya aku membuatnya menunggu itu, ah aku tak enak dengan semua kebaikan yang telah Mas Galih lakukan padaku. Tunggu. Percaya diri banget sih Deek!!!. Belum tentu juga malam ini Mas galih minta aku jadi pacarnya.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, berharap pikiran-pikiran aneh hilang dari kepalaku.

“Dek”
Panggil Mas Galih,
“ehm?”
Jawabku, membuyarkan semua pikiranku.
“Dek, udah tiga minggu kita kenal, dan Mas nyaman waktu kita bareng”
Katanya, ini pasti pembukaan.
“iya Mas, padahal aku masih ngerasa baru kemaren kita ketemu disini”
Ucapku, berharap Mas Galih bisa mengerti maksudku, sesungguhnya aku masih berpikir untuk mengenalnya lebih dulu, aku masih merasa seperti baru hari kemarin bertemu dan masih belum mengenalnya. Masih butuh waktu.
“Dek, Mas mau kenal kamu lebih jauh dan Mas harap kita bisa terus bareng kaya gini”
Ungkapnya, aku menatap mata Mas Galih. penuh harap sekali Mas Galih kulihat dari matanya.
Meraih tanganku kemudian. Aku membiarkannya, Mas Galih menggenggam tanganku.
“Dek, Mas suka sama kamu, Mas pikir perasaan Mas lebih dari suka, Mas pikir Mas mulai sayang sama kamu. Kalo Adek gimana? Apa adek juga punya perasaan yang sama kayak Mas?”
Katanya juga tanyanya akan perasaanku. Aku? Aku hanya merasa ada perasaan aneh dalam hatiku, seperti tergelitik disana saat aku mendengar Mas Galih mengungkapkan perasaannya padaku.
“Dek, Mas mau kita pacaran, gimana? Adek mau jadi pacar Mas?”
Akhirnya, encore. Aku menunduk sebentar, apa yang harus kulakukan. aku tak yakin dengan perasaanku padanya.
Aku jawab ya saja? tak akan merugikanku, bahkan aku akhirnya bisa merasakan pacaran, dan tak akan mendapat tekanan dari semua orang lagi bukan? lagi pula aku juga merasa penasaran bagaimana rasanya pacaran. Aku sendiri seumur hidupku selama ini, maksudku aku tak pernah pacaran. Dulu sekali memang aku pernah dekat dengan beberapa laki-laki, tapi itu hanya hubungan remaja, yang tak serius untuk diambil hati.
Akhirnya. Keputusanku bulat. Kutatap kembali mata Mas Galih. dan mengangguk, mengiyakan. Setuju untuk menjadi pacarnya. Mas Galih tersenyum padaku, senyumnya mengembang diwajahnya,
Hahh
Hela napasnya yang seperti sudah lama ditahannya, terdengar sangat lega. Aku ingin tertawa karenanya. Dan akhirnya aku tersenyum dengan mengeluarkan suara pelan tawa yang kutahan. Begitu pula dengan Mas Galih.
“makasih ya Dek, Mas sayang kamu”
Katanya, manis sekali Mas Galih saat seperti ini. aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya memasang wajah senyumku.
Aku berjalan-jalan bersama Mas Galih ditaman, lampu-lampunya sangat indah saat malam. Cocok sekali untuk dijadikan tempat mengungkapkan perasaan seperti yang Mas Galih lakukan. Meski aku tak tahu bagaimana perasaanku pada Mas Galih aku hanya mencobanya, membiarkan masuk dalam hidupku.
Apa semua akan baik-baik saja? aku tak tahu.
Meski ada banyak keraguan, tapi aku senang melihat Mas Galih yang merasa senang, berada disampingku, memperhatikanku. Aku tak mungkin menolaknya, aku tak bisa mengecewakannya yang sudah sangat baik sekali padaku. Aku sudah dewasa, aku harus mulai tak hanya memikirkan perasaanku, dengan menjadi egois. Lihatlah, membahagiakan orang lain yang sudah baik padamu itu tak buruk-buruk amat, perasaanku sekarang hanya harus kuredam dulu, keraguanku? kuabaikan dulu, yang pasti akhirnya aku bisa mendapatkan pacar, sekaligus membalas kebaikan Mas Galih dengan menerima pernyataan cintanya.
Perasaanku tentu akan baik-baik saja bukan? mungkin? Aku tak yakin.
Sesekali Mas Galih menatapku, binar dimatanya sangat bersinar, ia pasti sangat bahagia. aku hanya tersenyum, berusaha menampilkan senyum yang ku buat semanis mungkin. Aku percaya dengan perasaan dan cinta Mas Galih padaku, seharusnya tak akan terjadi apapun. Meski sekarang masih penuh keraguan aku percaya Mas Galih bisa menuntunku untuk menumbuhkan cinta padanya.
“Mas bahagia benget, Dek”
Ucap Mas Galih, menunduk mendekatkan dahinya pada dahiku. Aku memejamkan mataku, ia berada sangat denganku. tiba-tiba saja aku merasa kegelian dengan tingkahnya yang seperti itu.
“ehhmm”
“sayang ini udah jam 10, Gak kerasa ya”
Ucap Mas Galih, menyadarkanku sudah selama itu aku bersamanya. Aku langsung melihat jam tanganku, benar hampir jam 10 malam.
“kenapa? Kok kaya keget gitu? Masih betah berdua ya?”
Ucap Mas Galih membuatku tertawa, kepedean sekali Mas Galih ini. padahal aku hanya kaget, dan teringat tugas rumahku, jemuranku, Gege, dan deadline bukuku yang semakin menipis saja waktunya.
“pulang yuk”
Kataku singkat, menarik sedikit kemejanya. Mencoba bertingkah seperti pacar imut pada Mas Galih. dan itu failed! apa aku gila?? Kenapa aku bertingkah seperti itu. Aku tak tahu caranya bersikap manis!! Arggghh!!!!
“hahaha, iya-iya kita pulang”
Kata Mas Galih, tertawa pelan melihat tingkahku yang bersifat sok imut, eughhhh aku tak akan melakukan itu untuk kedua kalinya lagi.
Dalam perjalanan pulang, di dalam mobilnya. Mas Galih sesekali, bukan, berkali-kali melihatku.
“kenapa?”
Tanyaku,
“enggak, takut aja. Yang di sebelahku gak nyata, terus tiba-tiba hilang gitu”
Kata Mas Galih. aneh.
“hmm. Maksudnya aku tiba-tiba loncat dari mobil gitu? Nggak lah Mas”
Balasku.
“ya, maksudnya, Mas berasa gak nyata aja, kamu duduk di samping Mas, jadi pacar Mas”
Kata Mas Galih, sebahagia itukah kamu Mas?
“aww”
Katanya, saat kucubit dirinya.
“sakit? Itu tandanya yang di samping Mas Galih itu nyata, bahkan bisa nyubit kaya gini”
Kataku, sekali lagi mencubitnya, menjahilinya.
“aww, sakit. Jangan cubit-cubit”
Kata Mas Galih, memegangi tanganku yang sedari tadi menjahilinya. Dan mengaitkan jariku dengan jarinya.
Aku duduk menghadap kesamping, memandanginya. Ia tersenyum, selalu tersenyum. Bagaimana bisa aku tak menerima makhluk tuhan yang satu ini. tapi yang lebih membuatku penasaran adalah kenapa aku tak memiliki perasaan yang meledak-ledak, hanya berusaha mengimbanginya, mengikuti perasaannya. Aku tak tahu perasaanku yang sesungguhnya.

Sampai.

“eh, Mas Galih gak usah turun. Ini udah terlalu malem, langsung pulang aja hati-hati”
Kataku saat sampai.
“iya yaudah”
Katanya.
“iya, yaudah aku pulang ya”
Kataku. Namun tak bergerak keluar membuka pintu mobil.
“iya, selamat malam Adek, pacar Mas”
“… yaudah Mas, dah”
Masih duduk.
“Mas lepasin tangannya, biar aku bisa keluar”
Kataku akhirnya, setelah drama baru saja.
“ah, Mas sampe lupa Maaf ya Dek, Betah”
Katanya dengan melepaskan tangannya, perlahan, sangat pelan, buat aku gereget. "Lepas Mas!"kataku dalam hati.
“yaudah hati-hati ya Mas”
Aku akhirnya membuka pintu mobil dan keluar. Berdiri menunggunya pergi dari halaman depan rumahku.
Mas Galih menjadi pacarku, disaat aku masih bingung dengan perasaanku.

Thankyou GOD!!!

Kataku saat mendapati rumahku, Gege yang kutitipkan pada Cici, aku merasa bersalah padanya. Aku merasa bersalah pada tugas-tugasku, projectku yang akhirnya harus ku abaikan demi sebuah kencan. Akupun merasa bersalah pada Mas Galih, soal perasaanku yang tak tahu seperti apa bentuk aslinya padanya.
“argghhhh!!!! Kenapa jadi seperti ini?!!”
Aku frustasi, meski tadi aku bisa senang melihat Mas Galih sangat bahagia, tapi sampai rumah aku harus sadar dan tetap pada kenyataan. Hidupku tak hanya untuk membalas kebaikan laki-laki itu, tapi juga karirku, projectku, dan apa yang selama ini berhaga di hidupku.
“seharusnya memang aku tak usah pacaran saja”
Kataku,
“tapi pacaran itu juga bagus, aku jadi ada yang memperhatikan, Gege bahkan di belikan kereta dorong jadi aku tak kesulitan jika harus membawanya keluar”
“ya, itu bagus”
“AAaaaaa!!! Tapi kenapa aku tak yakin begini???!!”
Teriakku, menjatuhkan diri pada kasurku, membungkus diri dengan selimutku. Semalaman aku berusaha meyakinkan diriku soal keputusanku untuk menjadi pacar Mas Galih. ada perdebatan batin.
Aku harus bagaimana? This is a fake love, Adek.










Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

55