Bab 4 Istri Tuan Muda Yang Berdarah Dingin

by Athifa 08:00,Jan 01,1970
Bab 4 Istri Tuan Muda Yang Berdarah Dingin

Tiga hari bukanlah waktu yang sebentar, tapi juga bukan waktu yang lama. Melihat gaun pengantin indah yang terletak di atas ranjang, pikiran Olivia masih terasa kabur. Tangannya mengelus dengan lembut permukaan gaun itu, hatinya sangat sedih.

Gaun pengantin, pernikahan… ini adalah hal yang sangat dinantikan oleh setiap wanita. Tapi bagi Olivia, orang yang akan dinikahinya adalah orang asing yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Nona, keluarga Andika sudah datang."

Dari luar terdengar suara datar seorang pelayan. Olivia terkejut, dia menggenggam tangannya yang dingin erat-erat, tapi berpura-pura dengan suara yang tenang menjawab, "Baik."

Di lantai bawah, pengurus keluarga AndikaPaman Joko dengan agak tidak sabaran menggerak-gerakkan badannya. Telinganya dari tadi bosan mendengarkan comelan Irma. Ia terus terusan melihat jam tangannya.

Irma akhirnya menyadari ketidaksabaran Paman Joko, lalu dengan tertawa menjelaskan, "Namanya juga perempuan, kalau sedang dandan memang butuh waktu panjang. Inem, segera jemput nona muda. Jangan biarkan tamu menunggu lama."

"Iya, baiklah!" ucap Inem. Ia berbalik dan berlari menaiki tangga, tapi saat ia menaikkan kepalanya, pas sekali ia melihat Olivia yang telah mengenakan gaun pengantin sedang berdiri di atas tangga. Mata Olivia dengan jelas sedang mengamat-amati kesibukan di lantai bawah.

Olivia yang mengenakan gaun pengantin membuat Paman Joko terpana. Ia melihat gadis ini ibarat bunga teratai yang cantik dan lembut. Tapi saat teringat pada nasib yang akan diderita gadis ini selanjutnya, Paman Joko hanya bisa menghela napas.

Irma segera naik menyambut gadis itu. Ia baru saja akan akting berbicara dengan lembut seperti ibu bicara dengan anak pada umumnya, tapi Olivia malah berjalan melewatinya. Gadis itu menatap Paman Joko dan dengan nada yang datar berkata, "Mari berangkat!"

Dari jarak dekat memandang Olivia, Paman Joko melihat bahwa gadis ini tidak hanya cantik, tapi juga anggun dengan pembawaan yang tenang, cocok untuk menjadi pasangan Andika. Andaikan Andika dapat melepaskan rasa dendamnya…

Terpikir akan hal ini, Paman Joko segera menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tertawa, lalu membawa Olivia meninggalkan rumahnya.

Sinar matahari di luar cukup terik, Olivia menyipitkan matanya. Ia melihat suasana diluar seperti yang ia bayangkan. Tidak ada iring-iringan pengantin, tidak ada keramaian, hanya ada mobil hitam Rolls-Royce yang terparkir rapi. Olivia tertawa sendiri. Ia kemudian menarik ujung gaunnya, lalu masuk dengan tenang ke dalam mobil.

Setengah jam kemudian, mobil tersebut sampai ke sebuah bukit, lalu masuk ke pemukiman bangsawan. "Istana" yang dikelilingi tembok itu berdiri dengan indah dan megah, membuat Olivia tanpa sadar menahan napasnya.

Walaupun keluarga Olivia juga merupakan orang kaya, tapi jika dibandingkan dengan keluarga Andika, tentu saja tidak cukup baik. Wajar saja barusan Irma memperlakukan pengurus keluarga Andika ini dengan "sangat baik".

Setelah menunggu mobil berhenti, Paman Joko membawa masuk Olivia. Anehnya, para pelayan di kediaman Andika ini sangat hormat terhadap Paman Joko, tapi tidak begitu hormat terhadap nyonya muda seperti dia.

Olivia bersama dengan Paman Joko naik keatas. Sesampainya di akhir koridor lantai 2, Paman Joko membuka pintu sebuah ruangan. Ia tersenyum sambil berkata, "Nyonya muda, ini adalah kamar anda. Anda bisa istirahat sebentar disini."

Olivia mengangguk lalu melangkah masuk. Ia melihat pemandangan di dalam kamarnya, kemudian berpaling dan berkata, "Terima kasih, numpang tanya…"

Tiba-tiba terdengar suara dentaman. Olivia belum menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba pintu ruangan yang tadinya terbuka ditutup dengan keras. Lalu terdengar suara orang menguncinya dari luar.

"Salma, apa yang kamu lakukan?" Tanya Paman Joko kaget.

"Tuan Andika yang suruh untuk mengunci wanita ini di dalam kamar. Ia tidak boleh kemana-mana." Pelayan yang bernama Salma itu tertawa, lalu pergi membawa kuncinya.

"Kalian… aduh…" Paman Joko hendak mengatakan sesuatu, tapi kemudian berhenti.

Mendengar suara Paman Joko dari luar yang hendak mengatakan sesuatu tapi berhenti ini membuat Olivia tercengang. Beberapa saat kemudian barulah dia sadar, ada kemungkinan dirinya ditahan di rumahini. Segera dia memukul-mukul daun pintu sekuat tenaga, dengan marah dia berteriak, "Segera keluarkan aku dari sini! Kalian tidak berhak untuk mengunciku disini, ini melanggar hukum!"

"Heh, disini Tuan Andika adalah raja! Kau tidak perlu membuang-buang energimu! Kalau tidak ada perintah dari Tuan Andika, tidak ada seorangpun yang akan melepaskanmu!" Seseorang dari luar berkata demikian dengan nada menghina.

Suara tersebut berhenti, disusul dengan suara langkah kaki yang semakin menjauh. Olivia tahu mereka telah pergi, dan dirinya sadar di tempat yang asing seperti ini tidak ada orang yang dapat membantunya. Tubuhnya terjatuh, tanpa semangat ia duduk di lantai, kedua tangannya memeluk lututnya.

Andika, seperti apa sih orangnya? Mereka baru saja menikah, tapi kenapa dia diperlakukan seperti ini. Tidak mungkinkan dia abnormal? Kalau seperti ini, masa depannya sungguh tak dapat diprediksi.

Dia hanya bisa duduk di lantai yang dingin sambil berpikir banyak. Tanpa sadar diapun tertidur…

Setelah hari gelap, Olivia mendengar dari jendela luar suara mesin mobil, barulah dia terbangun.

Sambil mengucek kedua matanya, dia bangkit dan berlari ke sisi jendela. Ia ingin melihat dengan jelas situasi di bawah. Tapi di bawah cahaya lampu yang suram, ia hanya dapat menangkap sosok tinggi tegap. Hanya saja herannya, sepertinya ia kenal sosok itu.

Diakah Andika?

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

487