chapter 11 Tuan Muda Huo, Aku Mencintaimu

by Viera Christy 12:45,Oct 04,2023

Dengan wajah lembut, Hana Shen mencondongkan tubuh ke arah pria itu lagi, setengah bersandar padanya dengan penuh pesona.
Dengan rahangnya bersandar di bahu pria itu, dia memiringkan kepalanya dan bertanya.
"Apakah Tuan Muda Huo benar-benar tidak tahu apa yang aku inginkan?"
Mata Simon Huo menatapnya dengan curiga dan dengan sedingin es, menunggu jawaban.
Hati Hana Shen menegang saat tatapannya bertemu dengan mata tanpa emosi pria itu.
Tapi tetap saja, dia mengatakan apa yang ingin dia katakan sesuai dengan rencana.
"Tuan Muda Huo, aku menyerahkan diriku padamu dan aku akan memberimu anak. Itu semua karena aku mencintaimu."
"Tidak bisakah kamu melihat kesungguhan hatiku?"
Mata Hana Shen menatapnya tergila-gila. Nadanya begitu sedih tanpa kemiripan dengan kegenitannya yang biasa. Dia mengucapkannya begitu dalam, bahkan dia sendiri hampir mempercayai kata-katanya sendiri.
Sayangnya, Simon Huo tidak tersentuh.
Mata dinginnya bahkan tidak berubah sedikit pun, hanya dingin dan tidak berperasaan.
"Kesungguhan?"
Simon Huo mendengus dingin.
"Tuan Muda Huo, aku melakukan semua ini untukmu. Kamu adalah pria yang kucintai. Bagaimana mungkin aku membiarkanmu bertunangan dengan wanita lain."
Hana Shen dengan hati-hati menatap Simon Huo, jari-jarinya merayap dengan gelisah di dada pria itu.
Ujung-ujung jarinya membuat lingkaran-lingkaran kecil di sekitar jantung.
"Tuan Muda Huo, aku mencintaimu."
Mata Simon Huo semakin dalam.
Detik berikutnya, tangannya langsung menarik ujung jari Hana Shen dengan kuat sehingga hampir membuat Hana Shen berteriak.
Alisnya terangkat kesakitan. Dia merasa kalau tangannya seperti mau patah.
"Kamu mencintaiku?"
Nada bicara pria itu suram.
Hana Shen menganggukkan kepalanya berulang kali, membuka matanya yang lebar untuk menatap mata pria itu.
"Lihatlah caraku menatapmu. Aku menatapmu penuh dengan cinta."
"Aku tidak bisa melihat cinta di matamu. Tapi sesuatu yang lain."
"Sesuatu yang lain?" Hana Shen bertanya-tanya, "Apa itu?"
Dia sengaja mempraktekkan pandangan ini di cermin, pandangan ketika melihat dengan cinta yang sangat dalam.
Dia tidak percaya Simon Huo bisa melihat hal lain.
"Matamu bintitan."
Dua kata yang sangat pelan keluar dari bibir tipis Simon Huo yang mulia.
Hana Shen merasa malu dan tanpa sadar menyentuh sudut matanya.
Setelah menyeka matanya, dia menyadari bahwa dia telah ditipu.
"Tuan Muda Huo!"
Hana Shen meregangkan suaranya dan memukul dada pria itu, "Kamu bohong."
"Berhentilah memainkan trik semacam ini."
Simon Huo mendorong Hana Shen lagi.
Kali ini, kekuatannya jauh lebih besar. Hana Shen langsung jatuh ke lantai.
Pinggul Hana Shen sakit. Dia diam-diam mengertakkan gigi, menahan keinginan untuk mengusapnya. Dia menoleh untuk melanjutkan aksinya.
Dia tidak bisa menyerah di tengah jalan.
Kabut terkumpul di matanya dan matanya sudah dipenuhi air mata.
"Tuan Muda Huo, meskipun kamu tidak menyukaiku, kamu tidak boleh melakukan ini padaku."
"Aku atau Star Dream, mana yang kamu inginkan?"
Simon Huo tiba-tiba melontarkan sebuah pertanyaan.
Hana Shen menjawab tanpa berpikir panjang, "Tentu saja ..."
Star Dream.
Tapi ini tidak boleh diucapkan dengan keras. Jawabannya berputar-putar di ujung lidahnya dan dia mengubah kata-katanya.
"Kamu."
Tapi bagaimana mungkin jeda kecil ini mampu mengelabuhi Simon Huo.
Matanya yang sudah dingin menjadi semakin dingin, seperti gunung es yang membeku.
Dia sama sekali tidak percaya bahwa ada ketulusan di dunia ini, terutama dari seorang wanita.
"Besok aku akan membuat Star Dream menghilang dari dunia ini."
"Tidak boleh." Hana Shen segera mengubah suaranya, "Kamu tidak boleh menyentuh Star Dream."
Saat kata-kata itu keluar dari mulutnya, dia bertemu dengan tatapan sinis dan dingin dari pria itu.
Hana Shen mengertakkan gigi, "Tuan Muda Huo, Star Dream sangat penting bagiku."
"Star Dream dan ketulusan. Pilih salah satu."
Hana Shen terdiam.
Kalau Hana Shen mengatakan untuk memilih ketulusan, Simon Huo mungkin benar-benar membuat Star Dream menghilang.
Dia tidak bisa mengambil risiko itu.
Semua yang Hana Shen lakukan sekarang adalah untuk mendapatkan Star Dream kembali.
Simon Huo menatap mata Hana Shen seolah-olah dia sedang melihat orang yang sudah mati. Tubuhnya memancarkan kesan dingin yang tidak memperbolehkan siapa pun mendekat.
Nada suaranya dingin dan menusuk.
"Kalau kamu mengatakan sesuatu tentang ketulusan, kamu akan merasakan akibatnya."
Hana Shen tercengang dan kembali terdiam saat mendengar itu. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Saat Hana Shen sedang memikirkan jawabannya, tiba-tiba sebuah kartu emas panas dilemparkan kepadanya.
"Ambil kartu ini dan menghilanglah dari hadapanku."
Setelah mengatakan itu, Simon Huo berbalik dan pergi. Punggungnya yang tegak, memberikan kesan kejam.
"Tuan Muda Huo."
Hana Shen mengeluarkan panggilan lembut.
Simon Huo berhenti tetapi tidak berbalik.
Hana Shen perlahan beranjak dari lantai dan berkata menghadap punggung pria itu.
"Sudah kubilang padamu saat pertama kali kita bertemu."
"Aku tidak tertarik dengan uangmu."
Dia langsung mematahkan kartu di tangannya menjadi dua dan melemparkannya ke samping.
Simon Huo tidak menoleh ke belakang dan terus pergi.
Melihat punggung kejam pria itu, Hana Shen diam-diam mengertakkan gigi menahan geram.
Pria itu benar-benar berdarah dingin dan tidak berperasaan. Tapi setidaknya pesta pertunangan mereka hancur. Seharusnya tidak ada pesta pertunangan kedua yang diadakan dalam waktu dekat.
Tapi Herman Shen, rubah tua itu sudah mulai berubah. Hana Shen harus bergegas.
Melihat pintu yang hampir rusak, dia tidak bisa terus tinggal di rumah sakit. Dia pergi dengan tergesa-gesa.
Keesokan harinya.
Grup Shenshang.
Hana Shen berjalan ke Departemen Humas dengan perut buncit dan membawa sebuah tas.
Sepanjang jalan dia mendengar banyak orang membicarakannya.
"Dia orangnya, keponakan Direktur Shen. Siapa namanya Hana Shen. Dia tanpa malu-malu merebut kakak iparnya sendiri."
"Kudengar yang ada di dalam perutnya adalah anak Tuan Muda Huo."
"Sungguh tidak tahu malu."
"Kenapa kemarin dia tidak mengalami keguguran? Hari ini dia berani keluar dengan perut seperti itu."
"Tidak semua orang masih punya rasa malu."
Hana Shen menguatkan diri untuk gosip yang dia dengar di telinganya, tiba-tiba berdiri diam dan menyentuh perutnya yang besar.
Rasa malu?
Jika dia masih menginginkan sesuatu yang tidak berguna itu, mungkin saat ini dia sudah mati.
Tiba-tiba, dia berbalik untuk melihat orang yang baru saja berbicara paling keras, matanya dengan mata menyipit.
Melihat garis pandang Hana Shen beralih, beberapa wanita yang baru saja membicarakannya langsung diam.
Mereka menatap Hana Shen dengan waspada, tidak berani bergerak.
Hana Shen tiba-tiba mengaitkan sudut mulutnya, menampakkan senyuman, lalu mengangkat tangan kanannya dan mengaitkan jari telunjuknya.
Tidak ada yang bergerak.
"Kemarilah," kata Hana Shen.
Diperlakukan dengan penghinaan seperti itu, bukankah Hana Shen akan dianggap takut kalau pergi begitu saja?
Salah satu anggota staf wanita memberanikan diri dan berjalan selangkah demi selangkah ke arah Hana Shen, mengangkat kepala dan dadanya dengan garang.
"Kenapa memanggilku?"
Ekspresi tersenyum di wajah Hana Shen memudar. Dia mengangkat tangannya dan menamparnya.
"Plak!" Suara tamparan yang begitu keras membungkam seluruh ruangan.
"Aku menyuruhmu kemari untuk memberimu tamparan."
"Jika kamu berani membuatku mendengar suaramu lagi, kamu bisa terima konsekuensi yang lain."
Hana Shen mendengus dingin dan berbalik, berjalan dengan anggun.
Suasana hati setelah melakukan itu entah kenapa terasa sangat menenangkan.
Bisa mengancam orang lain rasanya cukup menyenangkan.
Tidak heran Simon Huo sangat menyukainya.
Saat menyebut pria itu, Hana Shen mengertakkan gigi untuk beberapa saat.
Tidak mudah untuk menyingkirkannya.
Sesaat setelah tiba di Departemen Humas, tidak butuh waktu lama bagi manajer Departemen Humas untuk datang dengan tergesa-gesa. Begitu melihat Hana Shen, wajahnya berubah suram.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Bekerja," kata Hana Shen.
Manajer Departemen Humas mendengus dingin, "Kerja apa? Kamu dipecat."
Mata Hana Shen tertunduk suram.
"Atas dasar apa kamu memecatku?"
"Proyek sebelumnya dengan Heng Tong, kamu sudah menyinggung Direktur Xu dan menyebabkan proyek itu gagal. Jika bukan yang aku pecat, lalu siapa yang harus aku pecat? Cepat keluar dari perusahaan."
Hana Shen menatap wanita tua di depannya. Tangan di sisi tubuhnya mengencang sedikit demi sedikit.
Ini jelas merupakan perusahaan yang ditinggalkan oleh orang tuanya, tetapi sekarang perusahaan itu sedang diacak-acak dan dia bahkan tidak bisa menjadi karyawan biasa.
Herman Shen benar-benar luar biasa.
Tangan sedikit bergerak. Hana Shen memiliki dorongan untuk menampar wanita ini. Namun, hatinya berucap lain.
Menarik kembali tangannya, Hana Shen mengangkat tas yang baru saja dia bawa. Dia langsung mengangkat kepalanya dan pergi.
Begitu setelah Hana Shen pergi, manajer Departemen Humas segera menelepon.
"Direktur Shen, saya sudah memecat Hana Shen seperti yang Anda perintahkan."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

60