chapter 5 Tuan Muda Huo Tidak Menyukainya?
by Viera Christy
12:45,Oct 04,2023
Grup Teikyo.
Terletak di pusat Kota Y, sebuah lokasi yang begitu indah dan strategis.
Gedung itu merupakan bangunan terbaik di seluruh Kota Y. Dari sini bisa melihat seluruh pemandangan di Kota Y.
Pada saat ini, Hana Shen sedang berdiri di atap, tapi dia tidak berminat untuk menikmati pemandangan yang ada.
Dia menjilat bibirnya dan kakinya agak lemah.
Angin sejuk bertiup. Gaun merah panjang yang dia kenakan terangkat oleh angin.
Hal itu membuatnya terlihat semenarik bunga poppy.
Si cantik yang lugu di pesta keluarga, gadis yang penuh gairah di clubhouse.
Wanita ini mampu mengejutkannya dari waktu ke waktu.
Hana Shen baru saja ingin bergerak, dua pengawal di sampingnya melangkah maju tanpa ekspresi.
Tidak jauh dari situ, pria itu duduk di kursi, menatapnya dengan dingin.
Hana Shen mulai sedikit menyesal karena telah mengiriminya pesan.
"Karena tidak ingin mati, sekarang aku akan memberimu dua pilihan."
"Satu, lompatlah sendiri. Dua, aku akan meminta seseorang untuk melemparmu."
Pria itu membuka mulutnya dengan acuh tak acuh. Matanya yang tipis dan dingin tidak menunjukkan belas kasihan sedikit pun.
Apa ini yang disebut memberinya kesempatan untuk memilih?
Memilih satu atau dua sama saja kematian!
Hana Shen menelan ludahnya dengan susah payah, matanya melirik ke arah bawah.
Kemudian, dia merasakan kulit kepalanya mati rasa dan otaknya berdenyut.
"Aku takut ... mengotori tanah Tuan Muda Huo. Bagaimanapun juga, kalau sampai jatuh dan mati ... itu tidak akan terlalu menyenangkan."
Dia memaksa rasa takut dan berbicara dengan hati-hati.
"Jangan khawatir. Aku akan mencarikanmu seorang pemandi jenazah yang baik."
Kalimat pria itu membuat Hana Shen hampir mengumpat.
"Tuan Muda Huo, kenapa kita tidak membicarakannya baik-baik?"
"Aku janji. Aku akan melakukan apa pun yang Tuan Muda Huo ... inginkan."
Hana Shen berkata dengan kesal, bahkan wajahnya saat ini sudah pucat.
Dia mengulurkan tangannya untuk membuat tanda sumpah dengan jarinya.
Dia tidak ingin mati muda secepat ini.
Simon Huo melirik ke arahnya dengan dingin. Ada sebuah makna yang dalam mengambang di dasar matanya.
"Apa pun?"
Perasaan tidak enak menggelegak di hati Hana Shen.
Namun, dengan keyakinan bahwa orang hebat bisa memberi dan menerima, Hana Shen buru-buru menganggukkan kepalanya.
Grup Teikyo.
Simon Huo baru saja meninggalkan lift dengan Hana Shen. Tiba-tiba dia mendengar asisten khusus mengatakan bahwa Yuli Shen ada di sini.
Tengah menunggunya di ruang tunggu.
Sepertinya dia tidak tahan lagi setelah mengetahui tentang masalah rumah sakit.
"Bawa dia ke ruanganku."
Pria itu memerintahkan dengan suara dingin, bahkan tidak menatap Hana Shen. Dia langsung berjalan menuju ruang tunggu.
Hana Shen hanya bisa diam. Bagaimanapun juga, insiden di atap masih membuat jantungnya berdebar-debar.
Ruang tunggu dan ruang kantor hanya dipisahkan oleh dinding, tidak diketahui apakah Simon Huo melakukannya dengan sengaja.
Di depan monitor besar kantor, seluruh Grup Teikyo terlihat jelas.
Kaki Hana Shen yang jenjang beristirahat dengan santai di atas meja, tatapannya tertuju ke suatu tempat di monitor.
Simon Huo duduk di sofa ruang tunggu dengan keanggunannya yang khas.
Yuli Shen mengenakan gaun panjang ramping yang seksi, duduk di samping pria itu.
Dengan kepala menunduk, dia berbicara dengan sikap pasrah.
"Kak Simon, aku dengar dari ayah kalau kamu membawa Hana pergi dari rumah sakit?"
"Apa kamu menyukainya? Kalau kamu benar-benar menyukainya, aku bisa ...
Tatapan dingin pria itu menatapnya. Yuli Shen langsung merasakan hawa dingin menyelimuti hatinya.
Kata-kata yang ingin diucapkan tertahan di tenggorokannya.
"Kamu menuntunku untuk melakukan sesuatu?"
Suara rendah pria itu membawa kesan ketidak pedulian.
"Kak Simon, kamu salah paham. Maksudku bukan ini ..."
Yuli Shen buru-buru menjelaskan.
Sorot matanya terlihat sedikit panik.
Simon Huo mengambil sebatang rokok dan memasukkannya ke mulutnya, mengisapnya.
"Bukan yang terbaik, posisi Nyonya Huo akan menjadi milikmu."
Namun, suara rendah pria itu sepertinya membawa sihir.
Hal itu membuat hati Yuli Shen perlahan-lahan kembali tenang.
Posisi Nyonya Huo adalah miliknya.
Namun, dia juga harus mendapatkan pria ini.
Sedangkan untuk wanita jalang Hana Shen, cepat atau lambat, dia akan membuatnya kehilangan reputasinya.
Kilatan kebencian melayang di mata Yuli Shen, yang berlalu dalam sekejap.
Kemudian, dia menganggukkan kepalanya dengan patuh.
"Aku mengerti, Kak Simon ..."
Melihatnya melakukan apa yang akan dia lakukan setelah ini ...
Hana Shen yang tengah duduk di depan komputer mengangkat alisnya.
Wanita berpose sangat menggoda.
Dia dengan santai mengambil foto selfie seksi dengan kaki panjangnya yang terbuka dan mengirimkannya kepada seseorang.
Foto itu juga disertai dengan sebuah kalimat penuh makna.
"Tuan Muda Huo, aku menginginkanmu!"
Segera setelah pesan itu terkirim, Hana Shen melihat pria itu mengangkat ponselnya melalui monitor.
Ketika dia melihat pesan itu, wajahnya menegang.
Yuli Shen tanpa sadar melirik ke arah ponselnya.
Layarnya telah dimatikan.
"Kak Simon, siapa?" Dia bertanya
"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku akan meminta asistenku mengantarmu."
Simon Huo menjawab singkat, sambil menurunkannya dari pelukannya.
Lalu, dia mengulurkan tanga dan dengan lembut menepuk kepalanya beberapa kali.
Tatapan lembut ini belum pernah dilihat Hana Shen sebelumnya.
Hana Shen dengan jelas melihat kertakkan gigi Yuli Shen setelah Simon Huo pergi.
Entah dilihat dari sisi mana, rasanya sangat menyenangkan.
Satu menit kemudian, pintu ruangan terbuka.
Simon Huo melihat wanita yang bersandar di kursi kantor dengan postur tubuh santai, tidak terlihat terkejut sama sekali.
Setengah tersenyum, wanita itu menatapnya.
"Tuan Muda Huo datang begitu cepat, tidak khawatir Kakak akan curiga?"
Hana Shen bangkit dan bergerak maju. Lengannya mengait leher pria itu, bibirnya yang merah tertarik ke atas membentuk senyuman.
Sosok jenjang itu sangat sempurna.
Tangannya tidak jujur menjangkau ke arah dada pria itu.
Simon Huo memegang pergelangan tangannya dengan tatapan dalam.
"Kamu hanya mainan. Tempatkan dirimu pada posisimu dan jangan membuat masalah untukku."
Hana Shen tidak merasa terganggu, malah dia mencondongkan tubuhnya ke depan.
Tangan yang lain meraih ke arah celana pria itu.
Sekarang memang hanya sebuah mainan. Hanya saja, siapa yang masih bisa menjamin dia akan terus menjadi mainan suatu saat nanti?
Dia hanya tidak percaya pria itu akan bersikap begitu tenang.
Membayangkan bahwa Yuli Shen masih berada di sebelahnya membuatnya merasa sangat bersemangat.
Wajah kecil yang cantik, sepasang mata indah yang sangat menggoda.
"Tuan Muda Huo tidak menyukainya?"
Setiap kali melihat penampilan pria yang berpakaian bagus dan sopan ini, Hana Shen ingin merobek topeng yang dikenakan pria ini.
Apalagi kalau pria itu adalah milik Yuli Shen.
"Kamu mau main-main?"
Pria itu mengaitkan dagu Hana Shen ke atas, tatapan matanya semakin dalam.
Dia mengangkat tubuh Hana Shen dan melemparkannya langsung ke sofa.
"Ah!" Hana Shen berteriak dengan sengaja.
"Kakak ada di sebelah, apa menurutmu dia akan mendengar ..."
Dia sengaja berkata dengan provokatif. Kilat di matanya penuh dengan kemenangan!
"Kalau begitu berteriaklah lebih keras!"
Suara suram pria itu benar-benar sangat dingin.
Jari-jari rampingnya mulai mengangkat roknya.
Gerakannya sombong, tanpa ada sedikit pun kelembutan.
Gerakan yang membawa sedikit hukuman.
Hana Shen sampai bergidik karena rasa sakit. Matanya yang jernih mengembun menjadi lapisan kabut.
Seolah-olah dia marah padanya.
Hana Shen mengatupkan giginya dan menahan rasa sakit yang menusuk.
Melihatnya terbaring lemah dalam pelukannya, pria itu tampaknya berada dalam suasana hati yang jauh lebih baik.
Satu tangan menangkup dagu Hana Shen dan perlahan memainkannya. Nadanya membawa kesan dingin seperti biasa.
"Lain kali, aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah ..."
Hana Shen terombang-ambing tanpa kekuatan, bahkan kata-kata yang diucapkannya membuat dia terengah-engah.
"Tuan Muda Huo pasti memiliki stamina yang bagus!"
Pada saat Hana Shen kembali sadar, pria itu sudah berpakaian dan dengan santai mengambil rokok dan menyalakannya.
Dari sudut pandang Hana Shen, dia terlihat seperti pembunuh yang berwibawa.
Gerakan yang dilakukan pria itu penuh dengan keanggunan dan kemuliaan.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved