Bab 10 Stela lebih hebat

by Irma W 00:00,Aug 07,2021
“Kapan kita akan bercinta di rumahmu?” tanya Emma sambil mengusap dada Alex yang tak tertutup sehelai benang pun.

“Sebentar lagi, Sayang,” jawab Alex sambil memiringkan badan.

Keduanya masih terbaring di atas ranjang. Di balik selimut yang tebal, kini keduanya sama sekali tidak memakai apapun. Bercinta di belakang sang istri, sepertinya sudah menjadi rutinitas untuk Alex.

Setiap Emma merayu, Alex tidak akan bisa menolak. Tampilannya yang feminim, tentu sangatlah menggairahkan. Setiap kali Emma bertemu dengan Alex, ia selalu mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. Rok span di atas lutut, lalu dipadukan dengan T-sirt yang ketat pula. Belum lagi bibirnya yang merona, pasti mengundang setiap pria untuk segera mengecup dan melumat habis.

“Apa kau juga hebat saat bersama Stela?” tanya Emma.

Emma hanya ingin memancing dan melihat reaksi Alex.

Alex terdiam. Ia seperti menimang jawaban yang pas. Pertanyaan dari Emma sangat sensitif karena memang itu seharusnya menjadi masalah pribadi. Namun, semua tak perlu ditutup toh sebentar lagi Emma juga akan menjadi istrinya.

“Kenapa diam saja?” Emma menyentil hidung Alex. “Kau tidak usah khawatir. Aku tidak akan cemburu.”

Alex menghela napas. “Dia wanita sempurna. Permainan ranjang pun sangat hebat.”

Sangat bohong jika Emma merasa tidak cemburu saat Alex mengatakan hal itu. Masih terdiam sambil menahan gejolak, Emma tersenyum supaya Alex kembali melanjutkan ceritanya.

“Lalu kenapa kau mau denganku?” tanya Emma.

“Em, kau tahu kan, dari dulu aku sangat mencintaimu. Sebelum menikah dengan Stela juga kita sudah sering melakukan ini.”

Emma kembali tersenyum. Ia sangat puas dengan jawaban Alex yang dalam artian mengakui kalau dirinya memang penting.

“Lantas, kau juga mengatakan kalau Stela sangat hebat.” Emma memasang wajah cemberut.

“Aku hanya merasa akhir-akhir ini dia tidak peduli lagi dengan tampilannya. Aku melihatmu begitu cantik, tapi dia ... dia sepertinya enggan merawat diri sekarang.”

Emma mengangkat badan lalu duduk. “Tapi kau masih mencintainya kan?” Stela memutar leher menatap Alex yang masih terbaring.

Alex hanya diam tak menjawab.

Emma menyibakkan selimut setelah menggulung rambutnya. Ia kemudian menurunkan kedua kakinya lebih dulu sebelum beranjak. “Ayo bangun. Aku lapar.”

Masih tidak memakai apapun, Emma berlenggak memunguti pakaiannya yang tergeletak di atas lantai. Tubuhnya yang molek, sedari tadi Alex amati.

“Sejujurnya tubuh Stela Wen lebih sempurna,” batin Alex. “Huh! Kenapa aku bisa mencintai dua wanita seperti ini?” lanjutnya dalam hati.

Di tempat inilah selalu menjadi peraduan mereka berdua. Dan di tempat inilah Stela Wen kembali melihat mereka bercinta. Selalu saja Stela mendapat pesan dari nomor yang tak dikenal, yang mendorongnya hingga mengetahui perselingkuhan mereka berdua.

“Kenapa kau baru datang?” seseorang mengecup bibir Emma dengan mesra.

Setelah pertemuan dengan Alex usai, Emma berpamitan pulang. Namun, bukan rumah yang ia tuju, melainkan sebuah apartemen mewah.

“Jalanan macet,” jawab Emma singkat.

“Bohong.” Louis mengikuti langkah Emma yang kini sudah duduk di sofa. “Kau baru bertemu Alex kan?”

Emma menarik lebih dekat tubuh Louis. “Kemarilah, aku merindukanmu.”

Setelah Louis duduk, Emma segera melompat dan jatuh ke pangkuannya. Ia tidak peduli membuka kedua kakinya meski saat ini memakai rok.

“Kau bilang merindukanku, tapi kau bercinta dengan pria lain. Cih!” Louis membuang muka.

Emma tertawa melihat raut wajah Louis. “Apa kau sedang cemburu?”

Louis mendengkus kesal. “Kau itu kekasihku. Mana mungkin aku tidak cemburu?”

Emma tersenyum sambil memainkan rambut Louis yang sedikit basah karena minyak rambut. Ia kemudian menunduk dan mengecup bibir Emma sekejap.

“Kan kau sendiri yang menyuruhku melakukan hal ini?”

Louis mendesah. Ia mendaratkan kedua tangan di lengan Emma lalu mengusapnya dengan lembut. “Aku tahu, aku hanya takut kau jatuh cinta sungguhan dengan pria itu.”

Emma tertawa lagi. “Mana mungkin. Hanya kau yang aku cintai.”

Mulut terkadang berkata tidak sesuai dengan hati. Pun yang Emma lakukan saat ini. Meski mencintai Louis, Emma bohong jika tidak tertarik dengan Alex. Keduanya sama-sama bisa memuaskan birahi Emma yang begitu tinggi.

Louis kini memainkan rambut Emma hingga terlepas dari gulungan yang tinggi. Louis menatap wajah Emma seolah sedang meminta sesuatu. Emma yang sudah mengerti, langsung tersenyum dan mengerlingkan mata.

“Baiklah, aku bisa bercinta seharian penuh sekarang,” kata Emma dengan senyum nakalnya.

Semua terjadi begitu saja. Lelah bermain dengan Alex, tak membuat Emma letih saat bersama Louis. Ia bahkan sangat menikmati permainan ini hingga satu jam berlalu.

“Aku harus pulang,” kata Emma sambil merapikan diri.

“Mau kuantar?” tawar Louis. Pria itu masih terkapar di atas ranjang.

“Tidak usah,” tolak Emma. “Ini masih permulaan, aku tidak mau kalau sampai ada yang tahu. Ayah dan ibuku bisa marah nanti.”

“Benar juga. Kalau begitu kau hati-hati.” Louis berdiri lalu memberi satu kecupan. “Telpon aku kalau sudah sampai di rumah.”

Emma sudah sampai di rumah. Ini masih jam dua, biasanya hanya ibu yang di rumah. Sedangkan ayah belum pulang.

“Kau dari mana?” tanya Lety.

“Tentu saja dari salon, Bu,” jawab Emma bohong.

"Kenapa kau terlihat seperti orang kelelahan?"

"Aku emosi karena perjalanan macet."

Emma kemudian masuk ke kamar setelah memberi jawabab kebohongan.

Di tempat lain, Alex juga baru saja sampai di rumah. Setelah terpisah dengan sang kekasih gelap, ia mampir dulu ke supermarket untuk membeli sesuatu.

"Oh, maaf!"

Seseorang menabarak tubuh Alex hingga keranjang belanjaannya terjatuh.

"Tidak apa-apa," sahut Alex sambil meraih kembali keranjangnya yang terjatuh di lantai.

Alex mengamati punggung pria yang sudah menabraknya itu. Sementara pria itu memang acuh dan langsung pergi ke rak lain.

"Kau memiliki tanpang seperti pria baik, tapi kau nyatanya busuk!" cerca Peter.

Ternyata orang yang menabrak Alex adalah Peter. Lalu, di mana Stela Wen? Bukankah tadi bersama Peter?

Di dalam kamar mewah yang waktu itu menjadi tempat Stela Wen terkejut bukan main, kini ia duduk sendiri masih sambil menangis. Ya, Stela Wen kini sedang berada di atas ranjang milik Peter. Saking sedihnya, ia sampai tidak peduli dengan posisinya saat ini berada di tempat orang asing sekalipun.

"Dia sudah berselingkuh," isak Stela Wen. "Mereka berdua juga akan segera menikah, lalu apa yang harus aku lakukan?"

Hwaaaaaaa! Stela Wen mengeraskan isak tangisnya hingga bergema di seluruh ruangan. Sampai-sampai dua pelayan yang sedang mengepel lantai dua berbondong-bondong masuk ke dalam kamar tersebut.

"Ada apa, Nona?" tanya pelayan tersebut.

Stela Wen sesenggukan. Wajahnya basah dan matanya benar-benar memerah.

"A-aku, aku baik-baik saja," jawab Stela.

Kedua pelayan itu saling pandang. Dalam hatinya, mereka berpikir kalau tuannya sudah melakukan sesuatu pada Stela Wen.
***

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

99