Bab 8 Sebuah rencana
by Irma W
09:47,Aug 02,2021
Sonya melakukan seperti apa yang disuruh Demian. Ia tersenyum tipis keluar dari kamar ketika melihat Laura yang juga bersiap berangkat kerja. Sonya akan mengatakan bahwa dia akan mencoba melupakan Demian dan menyuruh Laura menikahinya,
Sonya berjalan menuju ruang tamu dan menghampiri anggota keluarganya.
“Kau tidak bekerja hari ini?” Tanya Andrew yang sedang meminum secangkir kopi dan beberapa kue kering.
“Aku ingin menenangkan diri dulu," sahut Sonya.
Andrew dan Renita mulai lega jika dia sudah tidak terlalu sedih.
“Aku juga ingin mengatakan sesuatu pada kalian,” sambung Sonya.
Dengan wajah sendu dan memelas, Sonya mengatakan, “Aku terima jika Laura menikah dengan Demian. Ini aku lakukan demi melindungi keluarga Demian.”
Sonya lantas beralih menatap Laura. "Menikahlah dengan Demian.”
Laura yang sedang menyantap kue kering merasa sangat bingung dengan sikap kakaknya bisa berubah dalam semalam. Laura tahu bahwa kakaknya sangat mencintai Demian kenapa tiba-tiba dia melepaskan Demian begitu saja.
“Laura, kakakmu sudah mengizinkan, maka menikahlah dengannya.” Renita ikut bicara.
Laura teringat dengan Mika yang memegang tangannya memohon dengan penuh harap ia bisa menikah dengan Demian. Meski terasa berat, tapi Laura orang yang paling tidak tegaan jika ada orang yang bersedih.
“Aku bersedia.” Kata itu terucap dari bibir Laura. Meskipun hatinya sakit harus setuju dengan pernikahan ini, Laura tetap menyetujui permintaan mereka. Pernikahan yang tidak pernah ia inginkan.
Andrew dan Renita saling melempar senyum satu sama lain. Sonya juga tersenyum Karena rencananya berhasil untuk membujuk Laura menikah.
Laura berangkat bekerja, di perjalanan Laura memikirkan cara bagaimana ia akan mengatakan pada Rafa. Apalagi mereka bekerja di tempat yang sama. Rafa juga seorang juru masak. Mereka menjalin kasih hampir dua tahun.
Laura mencintainya begitu juga sebaliknya. Sikap Rafa yang begitu perhatian yang pada akhirnya bisa meluluhkan hati Laura. Meski banyak wanita di luar sana yang menginginkan Rafa, tapi pada akhirnya Rafa milik Laura.
Sampai di tempat kerjanya, dia masuk ke dapur untuk bersiap memasak. Ia bingung harus mengatakannya atau tidak. Cepat atau lambat dia harus memberita Rafa tentang desakan orang tua yang meminta menikah dengan Demian.
Sementara tempat lain, di kantor terjadi keanehan lagi, Demian dan Deru sedang berada di ruang rapat untuk memecahkan masalah perusahaan, namun tiba-tiba para investor menghubungi perusahaan dan tidak jadi membatalkan kerjasama, hal itu membuat Deru dan Demian terkejut senang. Anehnya lagi Setelah para investor itu kembali Deru dihubungi beberapa perusahaan untuk menjalin kerjasama.
Di saat kabar baik masuk, ponsel Demian berdering. Sebuah terlfon dari Sonya masuk. Demian pergi dari ruang rapat, untuk mengangkat telfon supaya ayahnya tidak tahu.
Memastikan sudah jauh dari jangkauan ayahnya Demian mengangkat telfon.
“Demian, kenapa lama sekali kau angkat telfonya,” Seru Sonya sangat kesal.
“Aku tadi berada di ruang rapat, ada ayahku di sana. Makanya, aku keluar supaya ayahku tidak tahu.” Demian menjelaskan pada Sonya.
“Aku sudah berhasil membujuk Laura. Dia mau menikah denganmu.” ungkap Sonya yang masih sedikit kesal.
Demian tidak menjawab Sonya malah memikirkan apa yang baru saja didengarnya. Demian mengaitkan hubungan para investor dengan Laura yang setuju menikah.
Kemarin satu hari sebelum ia datang melamar Sonya, mereka membatalkan Kerjasamanya, kini saat dia dan Laura sudah sama-sama bersedia menikah, para investor itu tidak jadi membatalkan kerjasama. Pikiran itu berngaungan di pikiran Demian yang mengabaikan Telfon Sonya.
“Demian apa kau masih disitu,” teriak Sonya dari balik ponsel.
Sadar jika ia sedang berbicara di ponsel, Demian lantas bergidik dan langsung kembali menjawab Sonya. “Maaf, aku sedang melamun tadi.” Demian mengusap wajahnya.
“Baiklah, aku akan tutup telfonya.” karena kesal Demian mengabaikan panggilan tersebut, Sonya langsung menutup telfonya tanpa menunggu Demian menjawab.
Setelah menutup terlfonya, seseorang mengetuk pintu rumahnya, Sonya beranjak dari kasurnya dan keluar untuk membuka pintu, baru membuka pintu kamarnya Mika sudah dipersilahkan masuk oleh ibunya. Sonya berjalan menuju ruang tamu.
Sonya datang dan menyapa Mika. “Bibi?”
Mika tersenyum kepada Sonya. Mika kemudian duduk, begitu juga Sonya dan Renita.
“Saya kesini hanya untuk mengatakan bahwa Demian sudah setuju menikah dengan Laura.” Mika berkata dengan terus terang.
“Bagaimana dengan Laura?” tanya Mika pada Renita.
“Dia juga sudah setuju dengan pernikahan ini," jawab Renita. Ia juga mengatakan jika Sonyalah yang menyuruhnya untuk menikah dengan Demian.
“Bibi anggap saja ini permintaan maafku karena telah berbohong.” Sonya memberi alasan.
Mika mungkin sedikit merasa heran karena dengan mudah Sonya melepas Demian, tapi rasa itu ia tepis dengan rasa lega dan bahagia. “Terimakasih Sonya.” Mika memandangi Sonya.
Mika langsung pulang setelah mendapatkan jawaban dari pihak wanita. Ia tidak sabar memberi tahu pada suami dan anaknya.
“Saya langsung pamit saja.” Izin Mika pada Renita dan Sonya.
Renita dan Sonya mengiyakan, mereka mengantar Mika di depan rumah.
“Datanglah ke rumah kami untuk makan malam bersama," kata Mika sembari masuk ke dalam mobil dan pergi.
Disaat semua orang bahagia, seperti Demian dan Deru yang senang masalah perusahaan sudah teratasi, Sonya yang senang rencananya dan Demian berjalan lancar, Mika yang senang Laora sudah setuju menikah dengan Demian. Namun, mereka lupa pada Laura yang menjadi pusat alasan kebahagian mereka.
Mereka semua sangat bahagia, tapi Laura, dia sedang dirundung kebingungan dan kesedihan saat ini. Sudah waktunya untuk pulang bekerja, Laura berjalan keluar untuk mencari taksi
Tiba-tiba seseorang menarik tanganya. “Pulanglah bersamaku," ajak Rafa.
Bukanya menjawab Laora justru termemung memandangi wajah Rafa. Wajab itu begitu tampan dan membuat Laura merasa sedih.
“Ada sesuatu yang ingin kau katakana padaku?” Rafa balas menatap Laura. Rafa merasa ada sesuatu yang terjadi pada Laura.
Ragu-ragu, Laura mendesah berat dan berkata. “Benar, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
Keduanya saling pandang dengan pikiran masing-masing.
"Aku ingin kita perpisah.” dengan penuh sesal, akhirnya Laura mengatakannya.
Tidak paham dengan yang dimaksud Laura, Rafa terlihat tertawa kecil. “Kau sedang bercandakan? Ayo sekarang aku antar kau pulang.” Rafa tersenyum dan menarik tangan Laura menuju motornya.
Laura menepis dan tetap diam di tempat. “Aku tidak bercanda, aku juga sudah berniat menikah dengannya.”
Rafa tertegun hingga Laura panjang lebar menjekaskan apa yang tengah terjadi. Rafa masih tidak mengerti kenapa di dunia midern seperti saat ini masih ada saja yang mempercayai tentang kutukan aneh.
Merasa marah dan tidak terima, Rafa menatap tajam ke arah Laura. “Kenapa jadi kau yang harus menikah denganya?”
“Itulah yang tertulis dalam wasiat kutukan itu. Jika hubungan itu sudah terjalin maka dia harus dinikahkan dengan putra atau putri kedua pasangannya.” Laura menjelaskan kembali.
“Shit!" umpat Rafa. "Aku tidak mau berpisah denganmu, aku akan berbicara dengan orangtuamu.” Rafa memegang kedua tangan Laura.
“Percuma!" ucap Lauram "Mereka akan tetap menikahkanku, aku juga sudah mengatakan iya pada mereka.” isak tangis mulai terdengar.
Rafa marah Laura mengatakan itu. “Kenapa kau setuju tanpa berbicara dulu denganku? Setidaknya kau harus bertanya padaku. Aku ini kekasihmu, Laura.” Rafa memakai helm lalu menaiki motornya dan pergi meninggalkan Laura.
Laora juga tidak ingin berpisah darinya tapi, dia akan segera menikah. Bagaimana dia menjalin hubungan sedangkan ia sudah menikah dengan orang lain. Hatinya juga sangat hancur ketik berkata dia ingin berpisah dari Rafa.
Saat motor Rafa semakin menjauh, saat itulah Laura hanya bisa menangis tak tahu harus berbuat apa lagi.
***
Sonya berjalan menuju ruang tamu dan menghampiri anggota keluarganya.
“Kau tidak bekerja hari ini?” Tanya Andrew yang sedang meminum secangkir kopi dan beberapa kue kering.
“Aku ingin menenangkan diri dulu," sahut Sonya.
Andrew dan Renita mulai lega jika dia sudah tidak terlalu sedih.
“Aku juga ingin mengatakan sesuatu pada kalian,” sambung Sonya.
Dengan wajah sendu dan memelas, Sonya mengatakan, “Aku terima jika Laura menikah dengan Demian. Ini aku lakukan demi melindungi keluarga Demian.”
Sonya lantas beralih menatap Laura. "Menikahlah dengan Demian.”
Laura yang sedang menyantap kue kering merasa sangat bingung dengan sikap kakaknya bisa berubah dalam semalam. Laura tahu bahwa kakaknya sangat mencintai Demian kenapa tiba-tiba dia melepaskan Demian begitu saja.
“Laura, kakakmu sudah mengizinkan, maka menikahlah dengannya.” Renita ikut bicara.
Laura teringat dengan Mika yang memegang tangannya memohon dengan penuh harap ia bisa menikah dengan Demian. Meski terasa berat, tapi Laura orang yang paling tidak tegaan jika ada orang yang bersedih.
“Aku bersedia.” Kata itu terucap dari bibir Laura. Meskipun hatinya sakit harus setuju dengan pernikahan ini, Laura tetap menyetujui permintaan mereka. Pernikahan yang tidak pernah ia inginkan.
Andrew dan Renita saling melempar senyum satu sama lain. Sonya juga tersenyum Karena rencananya berhasil untuk membujuk Laura menikah.
Laura berangkat bekerja, di perjalanan Laura memikirkan cara bagaimana ia akan mengatakan pada Rafa. Apalagi mereka bekerja di tempat yang sama. Rafa juga seorang juru masak. Mereka menjalin kasih hampir dua tahun.
Laura mencintainya begitu juga sebaliknya. Sikap Rafa yang begitu perhatian yang pada akhirnya bisa meluluhkan hati Laura. Meski banyak wanita di luar sana yang menginginkan Rafa, tapi pada akhirnya Rafa milik Laura.
Sampai di tempat kerjanya, dia masuk ke dapur untuk bersiap memasak. Ia bingung harus mengatakannya atau tidak. Cepat atau lambat dia harus memberita Rafa tentang desakan orang tua yang meminta menikah dengan Demian.
Sementara tempat lain, di kantor terjadi keanehan lagi, Demian dan Deru sedang berada di ruang rapat untuk memecahkan masalah perusahaan, namun tiba-tiba para investor menghubungi perusahaan dan tidak jadi membatalkan kerjasama, hal itu membuat Deru dan Demian terkejut senang. Anehnya lagi Setelah para investor itu kembali Deru dihubungi beberapa perusahaan untuk menjalin kerjasama.
Di saat kabar baik masuk, ponsel Demian berdering. Sebuah terlfon dari Sonya masuk. Demian pergi dari ruang rapat, untuk mengangkat telfon supaya ayahnya tidak tahu.
Memastikan sudah jauh dari jangkauan ayahnya Demian mengangkat telfon.
“Demian, kenapa lama sekali kau angkat telfonya,” Seru Sonya sangat kesal.
“Aku tadi berada di ruang rapat, ada ayahku di sana. Makanya, aku keluar supaya ayahku tidak tahu.” Demian menjelaskan pada Sonya.
“Aku sudah berhasil membujuk Laura. Dia mau menikah denganmu.” ungkap Sonya yang masih sedikit kesal.
Demian tidak menjawab Sonya malah memikirkan apa yang baru saja didengarnya. Demian mengaitkan hubungan para investor dengan Laura yang setuju menikah.
Kemarin satu hari sebelum ia datang melamar Sonya, mereka membatalkan Kerjasamanya, kini saat dia dan Laura sudah sama-sama bersedia menikah, para investor itu tidak jadi membatalkan kerjasama. Pikiran itu berngaungan di pikiran Demian yang mengabaikan Telfon Sonya.
“Demian apa kau masih disitu,” teriak Sonya dari balik ponsel.
Sadar jika ia sedang berbicara di ponsel, Demian lantas bergidik dan langsung kembali menjawab Sonya. “Maaf, aku sedang melamun tadi.” Demian mengusap wajahnya.
“Baiklah, aku akan tutup telfonya.” karena kesal Demian mengabaikan panggilan tersebut, Sonya langsung menutup telfonya tanpa menunggu Demian menjawab.
Setelah menutup terlfonya, seseorang mengetuk pintu rumahnya, Sonya beranjak dari kasurnya dan keluar untuk membuka pintu, baru membuka pintu kamarnya Mika sudah dipersilahkan masuk oleh ibunya. Sonya berjalan menuju ruang tamu.
Sonya datang dan menyapa Mika. “Bibi?”
Mika tersenyum kepada Sonya. Mika kemudian duduk, begitu juga Sonya dan Renita.
“Saya kesini hanya untuk mengatakan bahwa Demian sudah setuju menikah dengan Laura.” Mika berkata dengan terus terang.
“Bagaimana dengan Laura?” tanya Mika pada Renita.
“Dia juga sudah setuju dengan pernikahan ini," jawab Renita. Ia juga mengatakan jika Sonyalah yang menyuruhnya untuk menikah dengan Demian.
“Bibi anggap saja ini permintaan maafku karena telah berbohong.” Sonya memberi alasan.
Mika mungkin sedikit merasa heran karena dengan mudah Sonya melepas Demian, tapi rasa itu ia tepis dengan rasa lega dan bahagia. “Terimakasih Sonya.” Mika memandangi Sonya.
Mika langsung pulang setelah mendapatkan jawaban dari pihak wanita. Ia tidak sabar memberi tahu pada suami dan anaknya.
“Saya langsung pamit saja.” Izin Mika pada Renita dan Sonya.
Renita dan Sonya mengiyakan, mereka mengantar Mika di depan rumah.
“Datanglah ke rumah kami untuk makan malam bersama," kata Mika sembari masuk ke dalam mobil dan pergi.
Disaat semua orang bahagia, seperti Demian dan Deru yang senang masalah perusahaan sudah teratasi, Sonya yang senang rencananya dan Demian berjalan lancar, Mika yang senang Laora sudah setuju menikah dengan Demian. Namun, mereka lupa pada Laura yang menjadi pusat alasan kebahagian mereka.
Mereka semua sangat bahagia, tapi Laura, dia sedang dirundung kebingungan dan kesedihan saat ini. Sudah waktunya untuk pulang bekerja, Laura berjalan keluar untuk mencari taksi
Tiba-tiba seseorang menarik tanganya. “Pulanglah bersamaku," ajak Rafa.
Bukanya menjawab Laora justru termemung memandangi wajah Rafa. Wajab itu begitu tampan dan membuat Laura merasa sedih.
“Ada sesuatu yang ingin kau katakana padaku?” Rafa balas menatap Laura. Rafa merasa ada sesuatu yang terjadi pada Laura.
Ragu-ragu, Laura mendesah berat dan berkata. “Benar, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
Keduanya saling pandang dengan pikiran masing-masing.
"Aku ingin kita perpisah.” dengan penuh sesal, akhirnya Laura mengatakannya.
Tidak paham dengan yang dimaksud Laura, Rafa terlihat tertawa kecil. “Kau sedang bercandakan? Ayo sekarang aku antar kau pulang.” Rafa tersenyum dan menarik tangan Laura menuju motornya.
Laura menepis dan tetap diam di tempat. “Aku tidak bercanda, aku juga sudah berniat menikah dengannya.”
Rafa tertegun hingga Laura panjang lebar menjekaskan apa yang tengah terjadi. Rafa masih tidak mengerti kenapa di dunia midern seperti saat ini masih ada saja yang mempercayai tentang kutukan aneh.
Merasa marah dan tidak terima, Rafa menatap tajam ke arah Laura. “Kenapa jadi kau yang harus menikah denganya?”
“Itulah yang tertulis dalam wasiat kutukan itu. Jika hubungan itu sudah terjalin maka dia harus dinikahkan dengan putra atau putri kedua pasangannya.” Laura menjelaskan kembali.
“Shit!" umpat Rafa. "Aku tidak mau berpisah denganmu, aku akan berbicara dengan orangtuamu.” Rafa memegang kedua tangan Laura.
“Percuma!" ucap Lauram "Mereka akan tetap menikahkanku, aku juga sudah mengatakan iya pada mereka.” isak tangis mulai terdengar.
Rafa marah Laura mengatakan itu. “Kenapa kau setuju tanpa berbicara dulu denganku? Setidaknya kau harus bertanya padaku. Aku ini kekasihmu, Laura.” Rafa memakai helm lalu menaiki motornya dan pergi meninggalkan Laura.
Laora juga tidak ingin berpisah darinya tapi, dia akan segera menikah. Bagaimana dia menjalin hubungan sedangkan ia sudah menikah dengan orang lain. Hatinya juga sangat hancur ketik berkata dia ingin berpisah dari Rafa.
Saat motor Rafa semakin menjauh, saat itulah Laura hanya bisa menangis tak tahu harus berbuat apa lagi.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved