Bab 2: Menerobos

by Josena Sibudan 17:32,Mar 09,2024
"Brak!"

Saat ini, pintu gudang kayu sudah berlubang dan terbelah menjadi beberapa bagian.

"Siapa itu? Oh, ternyata kamu!"

Kedua pelayan yang tadi bermata penuh nafsu tampak terkejut saat melihat sosok di depan mereka.

"Jadi kamu belum mati, ya?"

Henea menatap tajam ke arah kedua pelayan tersebut. Gelombang kemarahan besar membuncah di hatinya. Adiknya adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Da bersumpah akan melindunginya, sekalipun harus mempertaruhkan nyawanya. Beraninya kedua bajingan ini mengincar aiknya? Mereka benar-benar cari mati.

Keduanya memandang Henea dengan heran. Dilihat dari penampilannya, Henea sama sekali tidak terlihat terluka. Sebaliknya, dia tampak lebih bersemangat.

"Kakak …." Ovio menangis terisak. Dia tertegun beberapa saat sebelum akhirnya tersadar dan langsung berlari ke arah Henea. Dengan suara gemetar, dia terus bergumam, "Kakak … Kakak belum meninggal. Kakak! Huhuhu …."

"Ovio, jangan menangis. Kakak baik-baik saja." Henea menepuk punggung Ovio dengan lembut, tetapi matanya tetap tertuju pada kedua pelayan itu.

"Kalian berdua. Pilihlah, bunuh diri sekarang atau aku yang membunuh kalian?" Henea berbicara dengan nada tenang, tetapi ancamannya terasa mematikan.

"Hahaha! Memang kenapa kalau kamu masih hidup, pecundang kecil?" ejek pelayan bernama Nino. "Ketua klan sudah mati. Di Keluarga Orenji, siapa yang akan melindungimu? Helly, tangkap pecundang itu! Mari kita tunjukkan padanya bagaimana caranya kita bersenang-senang dengan adiknya. Hahaha!"

Nino tertawa meremehkan, tak peduli apakah Henea mati atau hidup. Menurutnya, Henea hanyalah seorang pemuda lemah di tingkat pertama seni bela diri. Dia yakin bersama Helly, mereka cukup kuat untuk mengalahkan Henea dengan mudah. Dua lawan satu, apa sulitnya membunuh pecundang seperti dia?

"Cari mati!" Dada Henea naik turun dengan cepat, amarahnya memuncak.

"Wush!"

Sosok Henea bergerak secepat kilat, berpindah ke sisi Nino dalam sekejap.

"Buk!" Tinju Henea melayang tepat ke arah kepala Nino.

Seketika, kepala Nino meledak, meninggalkan tubuhnya yang ambruk. Bola cahaya kuning melayang keluar dari tubuh Nino dan masuk ke kepala Henea.

Di sampingnya, Helly masih menyeringai cabul, tak bergeming.

Namun, sesaat kemudian, wajahnya berubah drastis menjadi pucat pasi.

"Kamu … kamu berhasil menerobos! Level pemula tingkat kedua! Bagaimana mungkin?"

Bagaimana mungkin seorang pecundang dengan kemampuan biasa-biasa saja mampu menembus level pemula tingkat kedua? Helly ingat dengan jelas sehari sebelumnya, kemampuan pecundang itu hanya berada di level pemula tingkat kedua tingkat pertama.

"Tuan Henea, ​​aku sadar aku salah. Tolong lepaskan aku! Semua ini adalah perintah Tuan Muda Manu. Aku hanya mengikuti perintahnya!" Nada Helly penuh ketakutan, wajahnya memohon ampun. Dia tahu jurang kemampuan mereka terlalu lebar.

Henea menatapnya dengan tatapan tajam. "Perintah Manu? Jadi, dia menyuruhmu untuk menindas adikku?"

Helly tidak bisa berkata-kata. Keringat dingin mengalir di dahinya, tubuhnya gemetar.

"Aku …." Helly masih mencoba membela diri.

"Buk!"

Tinju Henea kembali melayang. Helly terkapar di tanah, tak bernyawa.

Henea mendengus dingin. Baginya, budak seperti itu tidak layak untuk dibiarkan hidup. Jika mereka dibiarkan pergi, adiknya-lah yang akan menjadi korban penghinaan berikutnya.

Henea berbalik dan melihat Ovio yang berdiri terpaku. Wajah Ovio tampak pucat, matanya dipenuhi ketakutan, tetapi ada kekaguman di baliknya. "Ovio, apakah kamu takut?" Henea bertanya dengan nada lebih lembut.

Ovio menggeleng perlahan. "Tidak, aku tidak apa-apa." Namun, nada suaranya mengkhianati rasa takutnya. Dia memaksakan senyum sedih, lalu memeluk Henea erat-erat. "Kak, apa kamu jadi lebih kuat sekarang? Apa pun yang terjadi, asalkan kamu ada di sini untukku, aku akan baik-baik saja. Huhuhu."

Ovio juga tahu bahwa akan sulit bagi ahli seni bela diri biasa seperti Henea untuk menerobos ke tingkatan yang lebih tinggi dalam seni bela diri.

Ranah seni bela diri di dunia ini terbagi menjadi beberapa tingkatan. Alam Bela Diri Awal, Alam Transformasi Spiritual, Alam Kosmos, dan Alam Surgawi. Setiap alam memiliki sembilan tingkatan. Semakin tinggi bakat seseorang, semakin cepat dia bisa naik ke tingkat berikutnya. Namun, bakat saja tidak cukup. Kerja keras dan sumber daya pelatihan juga sangat diperlukan. Tanpa itu, bakat hanyalah sekadar omong kosong yang tak berguna.

Selain itu, ada juga para praktisi seni bela diri legendaris seperti Alam Kaisar dan Alam Suci. Namun, alam tersebut hanyalah legenda dan tidak bisa dicapai oleh orang biasa.

Bakat seni bela diri Henea berada di puncak level biasa. Namun, setelah membunuh beberapa anjing liar dan menyerap bakat mereka, dia berhasil naik menjadi talenta tingkat kuning tingkat pertama.

Selama bertahun-tahun, meskipun tidak terlalu berbakat, Henea dikenal sangat rajin.

Usahanya yang konsisten akhirnya membuahkan hasil. Setelah peningkatan bakat, teknik bela diri Keluarga Orenji yang telah dia latih selama bertahun-tahun mulai terasa jelas baginya. Hal ini membuat tingkat kultivasinya meningkat dengan cepat.

Baru saja, setelah menyerap bakat seni bela diri dari dua pelayan yang dia kalahkan, Henea menyadari bahwa bakatnya melonjak pesat. Kini, dia merasa dirinya telah mencapai tingkat kuning level kedua. Meski begitu, Henea tidak ingin menunjukkan kebahagiaan ini di depan siapa pun, terutama kepada adiknya, Ovio.

"Manu Orenji adalah seniman bela diri di tingkat kuning level ketiga. Setelah bertahun-tahun berlatih, dia sudah mencapai seni bela diri dasar tingkat keempat," gumam Henea dalam hati. "Di atasnya, masih ada bakat tingkat enam dan tujuh. Alam seni bela diri Manu sangat tinggi. Aku harus bekerja lebih keras."

Keluarga Orenji adalah penguasa wilayah Calmaria, dikenal dengan banyak seniman bela diri jeniusnya. Dari tujuh putra Shera Orenji, empat di antaranya memiliki bakat tingkat kuning level keenam dan telah diterima di berbagai sekte besar untuk pelatihan lanjutan. Di antara mereka, ada juga Daro Orenji, seorang seniman bela diri super jenius dengan bakat tingkat tujuh. Kemampuan Daro jauh melampaui Manu Orenji, bahkan menjadikannya kebanggaan keluarga.

"Kak, apa yang kamu gumamkan?" tanya Ovio sambil memandang kakaknya yang tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wajah Ovio menyiratkan kekhawatiran, mengingatkan pada trauma pukulan yang pernah dialami kakaknya.

Henea tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, Dik. Sekarang kamu bisa kembali ke rumah dan beristirahat. Aku akan pergi ke Paviliun Tetua dulu."

"Kak, ini bukan lagi rumah kita," ujar Ovio dengan suara bergetar. Rasa takut terlihat jelas di wajahnya. "Setelah Ayah meninggal, saudara-saudara kita mencoba membunuhmu dan mengusirku. Aku tidak ingin tinggal di sini lebih lama. Kak, ayo pergi ke pedesaan. Ovio takut. Sangat takut."

Henea menggenggam tangan Ovio erat-erat. "Tidak, Dik. Dengan karakter Manu Orenji yang kejam, sekalipun kita melarikan diri ke ujung dunia, dia tidak akan membiarkan kita hidup. Aku punya rencana. Percayalah padaku, aku pasti akan melindungimu." Dalam hati, Henea bersumpah untuk membalas segala penghinaan yang telah menimpa mereka selama ini.

Ada dua alasan mengapa Henea memutuskan tetap tinggal di Keluarga Orenji. Pertama, dengan bakatnya yang telah mencapai tingkat kedua tingkat kuning, dia bisa memohon perlindungan dari Paviliun Tetua. Setidaknya di permukaan, Manu Orenji tidak akan berani bertindak gegabah terhadapnya.

Alasan kedua, yang lebih penting, adalah kesempatan besar sekali dalam sepuluh tahun untuk mengikuti seleksi murid di Puncak Alcrest. Puncak Alcrest adalah tempat pelatihan yang melampaui semua sekte di Kerajaan Lendor. Kalau dia diterima sebagai murid di sana, Henea akan memiliki pendukung kuat. Dengan begitu, dia tidak lagi takut pada kekuatan keluarga lain dan hanya dengan kekuatan itu dia bisa membalas dendam.

Namun, menjadi murid Puncak Alcrest bukanlah hal mudah. Hanya seniman bela diri super jenius yang memiliki peluang untuk diterima. Sebagai contoh, bahkan Daro Orenji dengan bakat tingkat kuning level ketujuh masih kesulitan untuk diterima di sana.

"Masih ada dua bulan sebelum ujian seleksi Puncak Alcrest," pikir Henea sambil menggertakkan gigi.

"Aku harus meningkatkan kemampuanku secepat mungkin. Semakin tinggi, semakin baik!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

639