chapter 3 Biar Dia Tahu Rasa!
by Owen
16:34,Nov 28,2023
Setelah selesai mencatat keterangan dari semua saksi, Hugo dan timnya pun angkat kaki dari vila Keluarga Liu.
Sedangkan semua anggota Keluarga Liu berkumpul di ruang tamu dan terlihat sangat serius.
Baskara menyalakan sepuntung rokok lalu menghisap dua kali, "Jessica, sepertinya Andrew memang hebat, kita sudah meremehkannya."
"Ayah, kejadian ini terlalu aneh."
Jessica mengertakkan gigi dan berkata, "Mungkin ini semua ulahnya, atau mungkin dia melihat Sodam menyelinap ke sini jadi dia menelepon polisi. Ayah jangan sampai tertipu olehnya!"
Masalahnya, Jessica sudah menyuruh orang untuk menyelidiki Andrew, dia itu hanya pria malas yang tidak berpendidikan, mana mungkin dia mampu meramal seperti ini?
"Tapi Jessica, kamu ingat 'kan perkataan Andrew tadi? Dia bilang Sodam datang ke sini karena sumber energi negatif di rumah ini, kalau kita tidak menyingkirkannya masalah di keluarga ini tidak akan ada habisnya. Kalau tebakanmu salah, artinya kita akan tertimpa masalah lagi karena kita belum menyelesaikan akar permasalahannya. Kali ini kita tertolong karena ada Andrew yang menelepon polisi, lalu selanjutnya? Siapa yang bisa menolong kita?"
Baskara bertanya balik dengan serius, terlihat jelas sirat kekhawatiran di matanya.
Jessica mengangkat alisnya dan bertanya, "Ayah, apa maksudmu? Ayah ingin aku meminta Andrew si kampungan itu kembali?"
"Bukan begitu, di dunia ini banyak orang yang menguasai Fengsui, bukan Andrew saja."
Baskara mengetuk meja beberapa kali, lalu tiba-tiba berkata, "Apa kalian pernah dengar tentang Ergen Xu?"
"Ergen? Master Ergen yang sekarang sedang jadi perbincangan di Kota Yamo?"
"Ya, benar. Kamu mungkin tidak terlalu mengenalnya. Dua hari yang lalu saat kamu pergi untuk urusan bisnis, aku meminta Master Ergen memeriksa Fengsui di keluarga kita, hubungan kami cukup baik. Dia pasti tidak akan menolak kalau kuminta bantuan."
"Benarkah? Syukurlah, Ayah, cepat telpon Master Ergen dan minta dia cepat datang."
Jessica menjawab dengan girang.
Biar seorang Master yang membuktikan apa perkataan Andrew itu benar atau tidak.
"Tenang, aku akan meneleponnya besok."
"Ya."
Jessica mengangguk, namun setelah berpikir sejenak, dia melanjutkan, "Ayah, kalau Master Ergen sudah membaca Fengsui keluarga kita, harusnya Master Ergen bisa mengingatkan kita kalau akan terjadi masalah."
"Benar, aku juga tidak paham kenapa bisa begini."
Baskara mengernyit dan berkata, "Padahal kemarin Master Ergen bilang Fengsui keluarga kita sangat bagus."
"Ayah, kalau begitu jelas ini semua adalah ulah Andrew, dia yang sengaja membawa Sodam ke sini. Tidak ada energi negatif di rumah ini, itu hanya alasan yang sengaja dibuat-buat Andrew supaya kita memohon bantuan padanya dan membuatnya bisa dengan mudah masuk ke keluarga ini, dia jadi bisa menikahiku dan naik derajat!" cibir Jessica.
Semuanya membelalak setelah mendengar penjelasan Jessica.
"Ya, Jessica benar!"
"Dari muka saja sudah kelihatan dia bukan pria baik-baik, dia itu licik! Semua ini pasti ulahnya!"
"Dasar berengsek!"
Semuanya mengumpati Andrew.
"Kalau Jessica benar, maka kita harus membunuh Andrew!"
Tatapan Baskara sedingin es dan penuh dengan niatan membunuh.
"Ayah, kalau besok Master Ergen datang, kita juga harus mengundang Kepala Polisi Hugo," ucap Jessica.
Baskara mematikan puntung rokoknya dan menatap putrinya, "Jessica, apa rencanamu?"
"Aku ingin menyuruh Andrew ke sini dan membuatnya melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Master Ergen menghancurkan rencana liciknya. Aku akan membongkar kedoknya di hadapan semua orang dan meminta Kepala Polisi Hugo menjebloskannya ke penjara, biar dia tahu rasa!"
Jessica sudah membulatkan tekadnya.
Baskara menggebrak meja.
"Bagus, kita eksekusi rencanamu itu."
.....
"Tidak kusangka ternyata Jessica orang yang berhati dingin seperti itu. Selama ini aku buta karena mau menjadi temannya."
Begitu masuk mobil, Sesilia langsung menumpahkan amarahnya. Dadanya bergerak naik turun karena tidak bisa menahan kekesalannya.
Andrew di sisi lain masih menggumamkan mantra untuk menenangkan emosinya, lalu dia menyahut sambil tersenyum, "Nona Sesilia, masih untung kamu tahu sifat aslinya sekarang, yang penting jangan cari gara-gara dengannya lagi."
"Setuju! Ah, Andrew. Jadi sekarang kamu mau pergi ke mana?" tanya Sesilia setelah menenangkan diri.
Andrew yang bingung pun menggaruk kepalanya, "Entahlah. Guruku menyuruhku untuk menunggu di Kota Yamo. Kalau sudah semalam ini sepertinya juga tidak ada mobil yang bisa mengantarku kembali ke gunung."
"Kalau begitu … kita pergi ke hotel?" saran Sesilia tiba-tiba.
"Hah?"
Andrew gemetar dan langsung menarik napas. "Nona Sesilia, sepertinya ini terlalu cepat … Aku sih tidak keberatan, tapi bukannya kamu sedang datang bulan?"
Sesilia termangu sesaat dan sontak wajahnya pun memerah malu. Dia langsung meninju Andrew dan berseru, "Dasar mesum! Mikir apa kamu? Aku kasihan padamu, jadi kusarankan sebaiknya kamu menginap di hotel."
"Oh begitu, lain kali kamu harus bicara yang jelas," sahut Andrew yang sebenarnya agak kecewa.
Sesilia memelototinya dengan tajam lalu mendengus, "Kok kamu tahu aku sedang datang bulan?"
"Aku itu bukan hanya Master Fengsui, aku juga punya tangan ajaib. Mendiagnosa dari wajah itu hal kecil. Sekarang kulitmu agak biru, urat nadi menonjol di antara pipi dan hidung, bibirmu dan lingkaran matamu gelap, sudah pasti kamu sedang datang bulan. Ah, jadwal datang bulanmu juga belum teratur."
Andrew menyeringai dan berlagak seperti seorang pakar.
"Ih! Kamu yang sakit! "
Sesilia yang malu pun mengumpat, tetapi sebenarnya dalam hati dia cukup terpukau.
Tebakan Andrew sangat tepat.
Kemudian, Sesilia berubah menjadi serius. "Andrew, masih ingat dengan perkataanku di vila tadi?"
"Apa?"
"Kubilang, aku mau menikah denganmu, kamu mau tidak?"
"Nona Sesilia, kamu ... serius?"
Andrew tercengang dan kembali menatap Sesilia dengan seksama, kemudian dia mengangguk.
Beruntung sekali kalau dia bisa menikah dengan wanita seperti Sesilia.
Sayang, wanita di sampingnya ini malah tidak menangkap ekspresi Andrew. Air mata mulai menggenang di mata Sesilia dan dia menumpahkan kekesalannya. "Keluargaku memaksaku menikah dengan Dio, tapi pria itu adalah bajingan yang suka menindas orang lain. Lebih baik aku mati daripada harus menikah dengannya, tapi daripada begitu, lebih baik aku pura-pura menikah denganmu biar keluargaku tidak memaksaku lagi."
"Oh, ternyata hanya pura-pura menikah," sahut Andrew yang kecewa.
"Tenang, kalau semua sudah selesai aku akan memberimu uang 100 ribu, bagaimana?"
Sesilia menatap Andrew dengan penuh harapan, matanya terlihat sangat cerah.
Andrew tersenyum pahit, "Baiklah, aku akan menolong sampai tuntas, mengerjakan sesuatu memang tidak boleh setengah-setengah. Aku tidak akan rugi menolongmu, apalagi tadi kamu juga sudah menolongku."
"Terima kasih!" Sesilia sangat berterima kasih.
"Kecil …" sahut Andrew sambil terkekeh.
"Ayo, kita pergi ke hotel."
"Ya. Eh … kamu bawa KTP, 'kan?"
"Tidak."
"Tapi kalau hanya pakai KTP-ku, kita hanya bisa menyewa satu kamar."
"Ya sudah, kita sekamar saja."
Sesilia pun memicingkan mata dan terkekeh, "Kenapa? Kamu takut aku makan?"
Andrew menyahut kesal, "Aku? Takut padamu? Hahaha, mimpi! Kuberi tahu ya, kalau sampai terdesak pun aku tidak takut mandi darah."
"Siapa takut? Kita buktikan kemampuanmu."
Sesilia menegakkan tubuhnya, menginjak pedal gas dan melaju menuju Hotel Grand Hyatt terdekat.
Keduanya pun masuk ke kamar hotel setelah terlihat canggung di depan resepsionis.
Meski mereka berdua sama-sama keras kepala, namun dalam situasi seperti ini tentu mereka tetap malu-malu.
"Sini."
Andrew tiba-tiba angkat bicara.
"Kamu … mau apa?"
Sesilia yang baru selesai mandi langsung menjadi siaga.
Andrew terkesiap sesaat lalu terkekeh, "Nona Sesilia, jujur saja ya. Kalau aku mau melakukan sesuatu padamu, kamu tidak akan bisa mengelak, kalau sudah tahu begitu kenapa kamu tidak menurut saja?"
Sesilia menimbang-nimbang, ucapan pria ini memang benar.
Badan Andrew memang sangat tinggi, meski bukan seperti pria kekar, tubuhnya cukup berotot dan proporsional. Sedangkan Sesilia hanya wanita gemulai dengan tubuh kurus, kalau dia melawan, mungkin Andrew akan semakin menjadi-jadi.
Oleh karena itu, Sesilia berjalan mendekat dengan berani.
Andrew langsung mengeluarkan tas jarum dari dalam tas kainnya dan membentangkannya di Kasur.
"Baring dan buka bajumu. Aku mau memeriksa perutmu."
"Kenapa?" tanya Sesilia dengan gugup.
"Jadwal datang bulanmu tidak teratur, 'kan? Biar kusembuhkan."
"Oh …"
Sesilia baru mengerti.
Setelah sadar kalau ilmu medis Andrew lumayan hebat, Sesilia pun menurunkan kewaspadaannya dan melonggarkan ikatan handuk mandinya.
Perut rata dan putih pun terpampang di hadapan Andrew.
Sungguh godaan yang mematikan! Andrew bersusah payah menahan nafsunya.
Andrew menarik napas dalam-dalam, memusnahkan hawa nafsunya lalu dengan teliti menusukkan jarum akupuntur pada perut Sesilia.
Begitu ujung jarum tertancap pada kulitnya, Sesilia bisa merasakan kehangatan menjalar dari ujung jarum dan meresap ke perut bagian bawahnya, hal ini membuat Sesilia merasa sangat nyaman.
Mata indah Sesilia pun bersinar.
Andrew mengobati Sesilia selama kira-kira 10 menit.
"Bagaimana?"
"Astaga, sekarang perutku sudah tidak sakit lagi, sepertinya menstruasiku berhenti. Andrew, kamu hebat sekali!"
Sesilia yang kagum dengan kehebatan Andrew pun memujinya.
"Syukurlah, ayo tidur."
Andrew tersenyum, lalu menyusul tidur setelah menyimpan barang-barangnya.
Saat keduanya sudah berbaring, diam-diam Sesilia mencuri pandang menatap Andrew yang tidur membelakanginya, dia merasa sedikit malu.
"Aku sudah salah menilainya, kukira dia pria berengsek."
Lucunya, Sesilia tidak tahu kalau sekarang Andrew yang sudah menutup mata sedang terus melafalkan mantra penenang tanpa henti.
Andrew itu seorang pemuda berdarah panas, baru saja keluar dari pedalaman dia langsung disuguhi godaan wanita cantik seperti Sesilia, mana mungkin dia bisa menahan diri?
Kalau bukan karena Sesilia sedang datang bulan, Andrew tidak yakin bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Jadi, Andrew hanya bisa melafalkan mantra penenang sepanjang malam.
Di sisi lain, Sesilia mulai terlelap.
Dia bermimpi, sepertinya dia sedang tenggelam dalam kegelapan saat tiba-tiba melihat secercah cahaya.
Insting bertahan hidup memicunya mati-matian mencengkram cahaya ini.
Namun, saat membuka mata, Sesilia mendapati dirinya sedang memeluk erat Andrew, tubuhnya sudah benar-benar menempel pada dada pria itu.
"Eh?"
Sesilia spontan menjauhkan diri, pipinya semerah tomat.
"Pagi."
Tampaknya Andrew baru bangun, dia meregangkan tubuh sebelum bangun dari kasur.
"Eh? Merah sekali wajahmu? Kamu sakit?"
"Ti … tidak." Sesilia buru-buru mengalihkan topik pembicaraan, "Andrew, nanti kamu ikut aku ke kantor ya, aku akan memberimu pekerjaan. Sambil menunggu gurumu datang, kamu bekerja di tempatku saja. Tenang, nanti kuberi gaji."
"Boleh juga, terima kasih!"
Andrew mengangguk.
Setelah itu, mereka berdua bersama-sama pergi ke Perusahaan Baidara miliki Sesilia.
Namun, saat mereka masuk ke ruang direktur, ada banyak orang berkumpul di sana.
"Kakek? Kok … datang?"
Ekspresi Sesilia berubah drastis, dia sangat terkejut dengan sosok yang ada di kantor itu.
Sedangkan semua anggota Keluarga Liu berkumpul di ruang tamu dan terlihat sangat serius.
Baskara menyalakan sepuntung rokok lalu menghisap dua kali, "Jessica, sepertinya Andrew memang hebat, kita sudah meremehkannya."
"Ayah, kejadian ini terlalu aneh."
Jessica mengertakkan gigi dan berkata, "Mungkin ini semua ulahnya, atau mungkin dia melihat Sodam menyelinap ke sini jadi dia menelepon polisi. Ayah jangan sampai tertipu olehnya!"
Masalahnya, Jessica sudah menyuruh orang untuk menyelidiki Andrew, dia itu hanya pria malas yang tidak berpendidikan, mana mungkin dia mampu meramal seperti ini?
"Tapi Jessica, kamu ingat 'kan perkataan Andrew tadi? Dia bilang Sodam datang ke sini karena sumber energi negatif di rumah ini, kalau kita tidak menyingkirkannya masalah di keluarga ini tidak akan ada habisnya. Kalau tebakanmu salah, artinya kita akan tertimpa masalah lagi karena kita belum menyelesaikan akar permasalahannya. Kali ini kita tertolong karena ada Andrew yang menelepon polisi, lalu selanjutnya? Siapa yang bisa menolong kita?"
Baskara bertanya balik dengan serius, terlihat jelas sirat kekhawatiran di matanya.
Jessica mengangkat alisnya dan bertanya, "Ayah, apa maksudmu? Ayah ingin aku meminta Andrew si kampungan itu kembali?"
"Bukan begitu, di dunia ini banyak orang yang menguasai Fengsui, bukan Andrew saja."
Baskara mengetuk meja beberapa kali, lalu tiba-tiba berkata, "Apa kalian pernah dengar tentang Ergen Xu?"
"Ergen? Master Ergen yang sekarang sedang jadi perbincangan di Kota Yamo?"
"Ya, benar. Kamu mungkin tidak terlalu mengenalnya. Dua hari yang lalu saat kamu pergi untuk urusan bisnis, aku meminta Master Ergen memeriksa Fengsui di keluarga kita, hubungan kami cukup baik. Dia pasti tidak akan menolak kalau kuminta bantuan."
"Benarkah? Syukurlah, Ayah, cepat telpon Master Ergen dan minta dia cepat datang."
Jessica menjawab dengan girang.
Biar seorang Master yang membuktikan apa perkataan Andrew itu benar atau tidak.
"Tenang, aku akan meneleponnya besok."
"Ya."
Jessica mengangguk, namun setelah berpikir sejenak, dia melanjutkan, "Ayah, kalau Master Ergen sudah membaca Fengsui keluarga kita, harusnya Master Ergen bisa mengingatkan kita kalau akan terjadi masalah."
"Benar, aku juga tidak paham kenapa bisa begini."
Baskara mengernyit dan berkata, "Padahal kemarin Master Ergen bilang Fengsui keluarga kita sangat bagus."
"Ayah, kalau begitu jelas ini semua adalah ulah Andrew, dia yang sengaja membawa Sodam ke sini. Tidak ada energi negatif di rumah ini, itu hanya alasan yang sengaja dibuat-buat Andrew supaya kita memohon bantuan padanya dan membuatnya bisa dengan mudah masuk ke keluarga ini, dia jadi bisa menikahiku dan naik derajat!" cibir Jessica.
Semuanya membelalak setelah mendengar penjelasan Jessica.
"Ya, Jessica benar!"
"Dari muka saja sudah kelihatan dia bukan pria baik-baik, dia itu licik! Semua ini pasti ulahnya!"
"Dasar berengsek!"
Semuanya mengumpati Andrew.
"Kalau Jessica benar, maka kita harus membunuh Andrew!"
Tatapan Baskara sedingin es dan penuh dengan niatan membunuh.
"Ayah, kalau besok Master Ergen datang, kita juga harus mengundang Kepala Polisi Hugo," ucap Jessica.
Baskara mematikan puntung rokoknya dan menatap putrinya, "Jessica, apa rencanamu?"
"Aku ingin menyuruh Andrew ke sini dan membuatnya melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Master Ergen menghancurkan rencana liciknya. Aku akan membongkar kedoknya di hadapan semua orang dan meminta Kepala Polisi Hugo menjebloskannya ke penjara, biar dia tahu rasa!"
Jessica sudah membulatkan tekadnya.
Baskara menggebrak meja.
"Bagus, kita eksekusi rencanamu itu."
.....
"Tidak kusangka ternyata Jessica orang yang berhati dingin seperti itu. Selama ini aku buta karena mau menjadi temannya."
Begitu masuk mobil, Sesilia langsung menumpahkan amarahnya. Dadanya bergerak naik turun karena tidak bisa menahan kekesalannya.
Andrew di sisi lain masih menggumamkan mantra untuk menenangkan emosinya, lalu dia menyahut sambil tersenyum, "Nona Sesilia, masih untung kamu tahu sifat aslinya sekarang, yang penting jangan cari gara-gara dengannya lagi."
"Setuju! Ah, Andrew. Jadi sekarang kamu mau pergi ke mana?" tanya Sesilia setelah menenangkan diri.
Andrew yang bingung pun menggaruk kepalanya, "Entahlah. Guruku menyuruhku untuk menunggu di Kota Yamo. Kalau sudah semalam ini sepertinya juga tidak ada mobil yang bisa mengantarku kembali ke gunung."
"Kalau begitu … kita pergi ke hotel?" saran Sesilia tiba-tiba.
"Hah?"
Andrew gemetar dan langsung menarik napas. "Nona Sesilia, sepertinya ini terlalu cepat … Aku sih tidak keberatan, tapi bukannya kamu sedang datang bulan?"
Sesilia termangu sesaat dan sontak wajahnya pun memerah malu. Dia langsung meninju Andrew dan berseru, "Dasar mesum! Mikir apa kamu? Aku kasihan padamu, jadi kusarankan sebaiknya kamu menginap di hotel."
"Oh begitu, lain kali kamu harus bicara yang jelas," sahut Andrew yang sebenarnya agak kecewa.
Sesilia memelototinya dengan tajam lalu mendengus, "Kok kamu tahu aku sedang datang bulan?"
"Aku itu bukan hanya Master Fengsui, aku juga punya tangan ajaib. Mendiagnosa dari wajah itu hal kecil. Sekarang kulitmu agak biru, urat nadi menonjol di antara pipi dan hidung, bibirmu dan lingkaran matamu gelap, sudah pasti kamu sedang datang bulan. Ah, jadwal datang bulanmu juga belum teratur."
Andrew menyeringai dan berlagak seperti seorang pakar.
"Ih! Kamu yang sakit! "
Sesilia yang malu pun mengumpat, tetapi sebenarnya dalam hati dia cukup terpukau.
Tebakan Andrew sangat tepat.
Kemudian, Sesilia berubah menjadi serius. "Andrew, masih ingat dengan perkataanku di vila tadi?"
"Apa?"
"Kubilang, aku mau menikah denganmu, kamu mau tidak?"
"Nona Sesilia, kamu ... serius?"
Andrew tercengang dan kembali menatap Sesilia dengan seksama, kemudian dia mengangguk.
Beruntung sekali kalau dia bisa menikah dengan wanita seperti Sesilia.
Sayang, wanita di sampingnya ini malah tidak menangkap ekspresi Andrew. Air mata mulai menggenang di mata Sesilia dan dia menumpahkan kekesalannya. "Keluargaku memaksaku menikah dengan Dio, tapi pria itu adalah bajingan yang suka menindas orang lain. Lebih baik aku mati daripada harus menikah dengannya, tapi daripada begitu, lebih baik aku pura-pura menikah denganmu biar keluargaku tidak memaksaku lagi."
"Oh, ternyata hanya pura-pura menikah," sahut Andrew yang kecewa.
"Tenang, kalau semua sudah selesai aku akan memberimu uang 100 ribu, bagaimana?"
Sesilia menatap Andrew dengan penuh harapan, matanya terlihat sangat cerah.
Andrew tersenyum pahit, "Baiklah, aku akan menolong sampai tuntas, mengerjakan sesuatu memang tidak boleh setengah-setengah. Aku tidak akan rugi menolongmu, apalagi tadi kamu juga sudah menolongku."
"Terima kasih!" Sesilia sangat berterima kasih.
"Kecil …" sahut Andrew sambil terkekeh.
"Ayo, kita pergi ke hotel."
"Ya. Eh … kamu bawa KTP, 'kan?"
"Tidak."
"Tapi kalau hanya pakai KTP-ku, kita hanya bisa menyewa satu kamar."
"Ya sudah, kita sekamar saja."
Sesilia pun memicingkan mata dan terkekeh, "Kenapa? Kamu takut aku makan?"
Andrew menyahut kesal, "Aku? Takut padamu? Hahaha, mimpi! Kuberi tahu ya, kalau sampai terdesak pun aku tidak takut mandi darah."
"Siapa takut? Kita buktikan kemampuanmu."
Sesilia menegakkan tubuhnya, menginjak pedal gas dan melaju menuju Hotel Grand Hyatt terdekat.
Keduanya pun masuk ke kamar hotel setelah terlihat canggung di depan resepsionis.
Meski mereka berdua sama-sama keras kepala, namun dalam situasi seperti ini tentu mereka tetap malu-malu.
"Sini."
Andrew tiba-tiba angkat bicara.
"Kamu … mau apa?"
Sesilia yang baru selesai mandi langsung menjadi siaga.
Andrew terkesiap sesaat lalu terkekeh, "Nona Sesilia, jujur saja ya. Kalau aku mau melakukan sesuatu padamu, kamu tidak akan bisa mengelak, kalau sudah tahu begitu kenapa kamu tidak menurut saja?"
Sesilia menimbang-nimbang, ucapan pria ini memang benar.
Badan Andrew memang sangat tinggi, meski bukan seperti pria kekar, tubuhnya cukup berotot dan proporsional. Sedangkan Sesilia hanya wanita gemulai dengan tubuh kurus, kalau dia melawan, mungkin Andrew akan semakin menjadi-jadi.
Oleh karena itu, Sesilia berjalan mendekat dengan berani.
Andrew langsung mengeluarkan tas jarum dari dalam tas kainnya dan membentangkannya di Kasur.
"Baring dan buka bajumu. Aku mau memeriksa perutmu."
"Kenapa?" tanya Sesilia dengan gugup.
"Jadwal datang bulanmu tidak teratur, 'kan? Biar kusembuhkan."
"Oh …"
Sesilia baru mengerti.
Setelah sadar kalau ilmu medis Andrew lumayan hebat, Sesilia pun menurunkan kewaspadaannya dan melonggarkan ikatan handuk mandinya.
Perut rata dan putih pun terpampang di hadapan Andrew.
Sungguh godaan yang mematikan! Andrew bersusah payah menahan nafsunya.
Andrew menarik napas dalam-dalam, memusnahkan hawa nafsunya lalu dengan teliti menusukkan jarum akupuntur pada perut Sesilia.
Begitu ujung jarum tertancap pada kulitnya, Sesilia bisa merasakan kehangatan menjalar dari ujung jarum dan meresap ke perut bagian bawahnya, hal ini membuat Sesilia merasa sangat nyaman.
Mata indah Sesilia pun bersinar.
Andrew mengobati Sesilia selama kira-kira 10 menit.
"Bagaimana?"
"Astaga, sekarang perutku sudah tidak sakit lagi, sepertinya menstruasiku berhenti. Andrew, kamu hebat sekali!"
Sesilia yang kagum dengan kehebatan Andrew pun memujinya.
"Syukurlah, ayo tidur."
Andrew tersenyum, lalu menyusul tidur setelah menyimpan barang-barangnya.
Saat keduanya sudah berbaring, diam-diam Sesilia mencuri pandang menatap Andrew yang tidur membelakanginya, dia merasa sedikit malu.
"Aku sudah salah menilainya, kukira dia pria berengsek."
Lucunya, Sesilia tidak tahu kalau sekarang Andrew yang sudah menutup mata sedang terus melafalkan mantra penenang tanpa henti.
Andrew itu seorang pemuda berdarah panas, baru saja keluar dari pedalaman dia langsung disuguhi godaan wanita cantik seperti Sesilia, mana mungkin dia bisa menahan diri?
Kalau bukan karena Sesilia sedang datang bulan, Andrew tidak yakin bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Jadi, Andrew hanya bisa melafalkan mantra penenang sepanjang malam.
Di sisi lain, Sesilia mulai terlelap.
Dia bermimpi, sepertinya dia sedang tenggelam dalam kegelapan saat tiba-tiba melihat secercah cahaya.
Insting bertahan hidup memicunya mati-matian mencengkram cahaya ini.
Namun, saat membuka mata, Sesilia mendapati dirinya sedang memeluk erat Andrew, tubuhnya sudah benar-benar menempel pada dada pria itu.
"Eh?"
Sesilia spontan menjauhkan diri, pipinya semerah tomat.
"Pagi."
Tampaknya Andrew baru bangun, dia meregangkan tubuh sebelum bangun dari kasur.
"Eh? Merah sekali wajahmu? Kamu sakit?"
"Ti … tidak." Sesilia buru-buru mengalihkan topik pembicaraan, "Andrew, nanti kamu ikut aku ke kantor ya, aku akan memberimu pekerjaan. Sambil menunggu gurumu datang, kamu bekerja di tempatku saja. Tenang, nanti kuberi gaji."
"Boleh juga, terima kasih!"
Andrew mengangguk.
Setelah itu, mereka berdua bersama-sama pergi ke Perusahaan Baidara miliki Sesilia.
Namun, saat mereka masuk ke ruang direktur, ada banyak orang berkumpul di sana.
"Kakek? Kok … datang?"
Ekspresi Sesilia berubah drastis, dia sangat terkejut dengan sosok yang ada di kantor itu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved